> >

Perang Dunia III Bakal Jadi Perang Nuklir, 8 Negara Ini Disebut Tempat yang Aman

Kompas dunia | 1 Desember 2024, 13:51 WIB
Peluncuran rudal nuklir Hwasong-17 Korea Utara. (Sumber: Yonhap)

Sebuah studi dari Universitas Nicosia di Siprus mengungkapkan cara terbaik untuk memaksimalkan keselamatan atas ledakan nuklir.

Studi itu menggunakan simulasi ledakan 750 kiloton, yang tiga lagi lebih besar dari bom atom Nagasasi, yang menyimpulkan tempat perlidungan terbaik adalah ruangan kokoh yang jauh dari pintu dan jendla, idealnya terletak di pojok.

Seperti dilaporkan The Economic Times, ada delapan negara yang bisa menjadi tempat perlindungan dari perang nuklir.

Yang pertama adalah Antartika, karena tempatnya yang terpencil dan kurangnya strategi penting, serta lahannya yang luas dan belum dikembangkan dapat menampung ribuan orang yang mencari perlindungan.

Selanjutnya adalah Islandia, yang merupakan negara netral dan pendiriannya yang damai, serta kerap menghindari konflik langsung.

Namun, dampak dari serangan nuklir di Eropa berpotensi mencapai negara pulau itu.

Tempat aman lainnya adalah Selandia Baru, yang juga dikenal sebagai negara netral.

Wilayah demografinya yang pegunungan dan perbukitan membuat Selandia Baru bisa menawarkan perlindungan dari invasi.

Selain itu, Selandia Baru juga diyakini tak akan menjadi target serangan karena kebijakan luar negerinya yang netralitas.

Swiss juga termasuk tempat yang aman, karena netralitasnya yang berlangsung lama dan memiliki banyak tempat dari dampak nuklir.

Baca Juga: Eks Menteri Israel Tuduh IDF Lakukan Pembersihan Etnis di Gaza, Pemerintah Zionis Ngamuk

Posisinya yang terisolasi secara geogradis dan kurangnya keterlibatan dalam konflik membuat negara ini kecil kemungkinan menjadi sasaran serangan nuklir.

Sementara itu, Greenland, yang merupakan pulau besar dimiliki Denmark, secara geogradis terpencil dan memiliki politik netralitas, sehingga bisa menjadi tempat aman saat krisis global.

Negara Amerika Selatan seperti Argentina, Chili dan Uruguay diyakini kecil kemungkinan mengalami kekurangan pangan karena melimpahnya hasil pertanian, khususnya setelah dampak nuklir.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : The Economic Times


TERBARU