> >

Deklarasi G20 Dinilai Lebih Bersifat Umum, Kurang Rinci soal Cara Mencapai Tujuan

Kompas dunia | 19 November 2024, 16:38 WIB
Para pemimpin G20 mengambil bagian dalam Foto Keluarga di KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil pada hari Senin, 18 November 2024. Perdana Menteri Justin Trudeau, Presiden AS Joe Biden, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni tidak hadir dalam foto tersebut. (Sumber: THE CANADIAN PRESS/Sean Kilpatrick/The Canadian Press via AP)

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.TV — Para pemimpin dari 20 negara ekonomi utama dunia menyerukan pakta global memerangi kelaparan, bantuan Gaza yang lebih banyak karena terus dilanda perang, dan agar diakhirinya permusuhan di Timur Tengah serta Ukraina.

Negara-negara G20 ini mengeluarkan deklarasi bersama pada Senin (18/11/2024) lalu.

Namun, deklarasi itu dinilai berisi banyak hal umum dan kurang rinci soal cara mencapai tujuannya tersebut.

Pernyataan bersama itu didukung oleh anggota kelompok, tetapi tidak mencapai suara bulat sepenuhnya.

Pernyataan itu juga menyerukan pajak global di masa mendatang bagi para miliarder.

Termasuk reformasi yang memungkinkan perluasan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di luar lima anggota tetapnya saat ini.

Pada awal pertemuan tiga hari yang secara resmi berakhir pada Rabu, para ahli meragukan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva.

Presiden Brasil diragukan dapat meyakinkan para pemimpin yang berkumpul untuk menuntaskan kesepakatan dalam pertemuan yang penuh dengan ketidakpastian atas pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan datang.

Termasuk meningkatnya ketegangan global atas perang di Timur Tengah dan Ukraina.

Argentina menentang beberapa bahasa dalam draf awal dan menjadi satu-satunya negara yang tidak mendukung dokumen lengkap.

“Meskipun generik, ini merupakan kejutan positif bagi Brasil,” kata Thomas Traumann, konsultan politik independen dan mantan menteri Brasil.

“Ada saat ketika ada risiko tidak ada deklarasi sama sekali. Meskipun ada peringatan, ini merupakan hasil yang baik bagi Lula,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Mengutuk Perang, Menyerukan Perdamaian, Tetapi Tidak Menyalahkan

Berlangsung lebih dari setahun setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, deklarasi tersebut merujuk pada situasi kemanusiaan yang dahsyat di Gaza dan eskalasi di Lebanon.

Mereka menekankan kebutuhan mendesak untuk memperluas bantuan kemanusiaan dan melindungi warga sipil dengan lebih baik.

“Menegaskan hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri, kami menegaskan kembali komitmen teguh kami terhadap visi solusi dua negara di mana Israel dan Negara Palestina hidup berdampingan secara damai,” kata deklarasi tersebut.

Selain mengenai konflik di Timur Tengah,  pertemuan ini juga membahas tentang perang di Ukraina.

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk melonggarkan pembatasan penggunaan rudal AS jarak jauh oleh Ukraina untuk memungkinkan negara itu menyerang lebih ke dalam Rusia juga dibicarakan dalam pertemuan tersebut.

"Amerika Serikat sangat mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Menurut saya, semua orang di meja ini juga harus hadir,” kata Biden dalam pertemuan puncak tersebut.

Baca Juga: G20 Tegaskan Dukung Gencatan Senjata di Gaza, Lebanon, dan Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri pertemuan tersebut, dan malah mengirim menteri luar negerinya, Sergey Lavrov.

Putin menghindari pertemuan puncak G20 setelah Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah yang mewajibkan negara-negara anggota untuk menangkapnya jika berada di luar Rusia.

Deklarasi G20 menyoroti penderitaan manusia di Ukraina sambil menyerukan perdamaian, tanpa menyebut nama Rusia.

“Deklarasi tersebut menghindari menuding para pelaku,” kata Paulo Velasco, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Negeri Rio de Janeiro.

“Artinya, deklarasi ini tidak secara kritis menyebut Israel atau Rusia, tetapi menyoroti situasi kemanusiaan yang dramatis dalam kedua kasus tersebut,” ujarnya.

Velasco menambahkan, seluruh isi deklarasi yang dihasilkan masih kurang spesifik.

“Deklarasi ini sangat sejalan dengan apa yang diharapkan Brasil. Tetapi jika kita benar-benar menganalisisnya dengan saksama, deklarasi tersebut lebih merupakan deklarasi yang mengungkapkan niat. Deklarasi tersebut merupakan deklarasi niat baik dalam berbagai masalah, tetapi hanya sedikit tindakan konkret dan nyata,” ujarnya.

Dorongan Pajak Kepada Para Miliarder Global

Selain membahas mengenai perang dan konflik, pertemuan G20 juga menyerukan kemungkinan pajak bagi para miliarder global yang didukung oleh Presiden Lula Da Silva.

Pajak semacam itu akan memengaruhi sekitar 3.000 orang di seluruh dunia, termasuk sekitar 100 orang di Amerika Latin.

Baca Juga: Presiden Prabowo Bertemu PM India Narendra Modi di Sela-Sela KTT G20 Brasil, Bahas Apa?

“Klausul tersebut dimasukkan meskipun ada tantangan dari Argentina. Begitu pula dengan klausul lain yang mempromosikan kesetaraan gender,” kata pejabat Brasil seperti dikutip dari The Associated Press.

Argentina menandatangani deklarasi G20, tetapi memiliki masalah dengan agenda pembangunan berkelanjutan PBB tahun 2030.

Presiden sayap kanannya, Javier Milei telah menyebut agenda tersebut sebagai "program supranasional yang bersifat sosialis".

Negara itu juga menolak seruan untuk mengatur ujaran kebencian di media sosial, yang menurut Milei melanggar kedaulatan nasional. 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Deni-Muliya

Sumber : The Associated Press


TERBARU