Rusia Tunggu Janji Trump soal Usulan Perdamaian Timur Tengah dan Ukraina
Kompas dunia | 16 November 2024, 23:10 WIB
ABU DHABI, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan janji Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk bekerja keras menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina pantas mendapat perhatian.
Namun, Rusia memilih untuk menunggu usulan konkret dari pemerintahan baru AS.
"Kami akan menunggu usulan mereka," kata Lavrov dalam konferensi pers setelah menghadiri Forum Internasional Sir Bani Yas ke-15 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat (15/11/2024), dikutip dari Anadolu.
"Dalam setiap kesempatan, kami selalu menekankan bahwa politisi yang mendukung perdamaian daripada perang, layak mendapat perhatian. Tetapi kami belum tahu apa yang akan mereka usulkan," imbuhnya.
Lavrov mengungkapkan sikap peserta forum terhadap konflik di Ukraina menunjukkan lebih banyak pemahaman dan realisme.
Meski diskusi dalam forum tersebut tidak dipublikasikan, Lavrov menyebut atmosfer diskusi positif.
"Saya pikir tidak akan menyinggung peserta jika saya mengatakan jawabannya positif. Ada lebih banyak pemahaman dan realisme," ujarnya.
Terkait dukungan NATO dan Jerman kepada Ukraina, Lavrov mempertanyakan niat sebenarnya di balik kebijakan tersebut.
"Dukungan selama yang diperlukan, untuk siapa? Tentu bukan untuk rakyat Ukraina," tegas Lavrov.
Baca Juga: China Kena Imbas Tentara Korea Utara Bantu Perang Rusia, Ditekan NATO dan UE untuk Paksa Kim Jong-Un
Dia juga menyoroti pembukaan pangkalan rudal AS di Polandia, sekitar 165 kilometer dari perbatasan Rusia.
Menurutnya, keberadaan pangkalan itu membuktikan penilaian Rusia sejak AS keluar dari Perjanjian Anti-Rudal Balistik sekitar 10-15 tahun lalu.
"Kami menganalisis rencana mereka dan cara mereka memandang, dan langsung mengatakan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan Iran, tetapi lebih merupakan upaya untuk menciptakan keuntungan sepihak dalam pertikaian dengan negara kami, untuk meningkatkan ketegangan, dan untuk menjalankan kebijakan guna menahan Rusia. Semua penilaian kami terbukti benar," jelas Lavrov.
Dia juga membantah laporan media Barat yang menyebutkan hubungan Rusia dengan Korea Utara memengaruhi kedekatan dengan China.
Ia menegaskan, Rusia dan China terus melakukan konsultasi rutin untuk menangani isu-isu di Semenanjung Korea yang menurutnya dipicu oleh AS dan sekutunya.
"Tidak mungkin ada yang bisa memisahkan Rusia dan China. Kami belum menerima pesan apa pun yang mengkritik hubungan kami dengan Korea Utara," katanya.
Lavrov juga menyebut adanya kalkulasi politik di Barat untuk mengakhiri konflik Ukraina dengan memberikan beberapa konsesi kepada Rusia, agar negara itu bisa digunakan dalam koalisi melawan China. Namun, ia menilai upaya tersebut tidak beretika.
"Ini adalah kalkulasi yang jelas, tetapi bertujuan tidak baik," tutup Lavrov.
Baca Juga: AS Perbarui Strategi Nuklir untuk Hadapi Ancaman Korea Utara, China, dan Rusia
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Anadolu