Suporter Bola Israel Bikin Rusuh, Anggota Parlemen Belanda Justru Ingin Deportasi Warga Maroko
Kompas dunia | 14 November 2024, 19:20 WIBSejumlah besar polisi, termasuk polisi yang menunggang kuda, hadir dan menahan sebagian besar pengunjuk rasa setelah mereka menolak untuk pergi. Polisi mengawal mereka dengan damai ke dalam dua bus dan mengusir mereka dari alun-alun.
Laporan tentang ujaran antisemit, vandalisme, dan kekerasan telah meningkat di Eropa sejak dimulainya serangan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 42.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Ketegangan pun meningkat di Amsterdam menjelang pertandingan sepak bola Ajax. vs Maccabi.
Wilders, yang berasal dari partai antiimigrasi telah memenangi pemilihan tahun lalu dan sekarang menjadi bagian dari pemerintahan koalisi empat partai.
Ia mengatakan pada Rabu (13/11/2024) bahwa pada malam Amsterdam memperingati Kristallnacht yang jatuh pada 9 November, mereka malah menyaksikan kerusuhan.
Kristallnacht adalah peringatan terjadinya anti-Yahudi tahun 1938 di Jerman oleh Nazi.
Baca Juga: Serangan Israel 24 Jam Terakhir: 46 Orang Tewas di Gaza, 33 Orang Tewas di Lebanon
"Kami melihat Muslim memburu orang Yahudi di jalan-jalan Amsterdam," ujarnya, tanpa memberikan bukti atas tuduhan tersebut.
Kemudian dia menyalahkan orang-orang Maroko yang dianggap ingin menghancurkan orang Yahudi.
Hingga kini, polisi dan jaksa penuntut juga belum mengungkapkan identitas tersangka yang ditahan, sesuai dengan aturan privasi Belanda.
Wilders merekomendasikan pembatalan paspor Belanda dan deportasi bagi orang-orang yang terlibat dalam kerusuhan dan memiliki paspor ganda.
Wilders selama ini dikenal dengan pemikirannya yang kontroversial. Dia terkadang digambarkan sebagai Donald Trump dari Belanda karena retorika antiimigrasinya yang keras.
Ia hidup di bawah perlindungan selama 20 tahun karena ancaman pembunuhan dari para ekstremis Islam. Dia juga sejak lama dikenal sebagai pendukung setia Israel.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : The Associated Press, Al Jazeera