Yoav Gallant Bongkar Kelakuan Netanyahu usai Dipecat, Ungkap Fakta Mengejutkan PM Israel
Kompas dunia | 8 November 2024, 13:01 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Eks Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant membongkar kelakukan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu usai dipecat.
Gallant yang kerap berseteru dengan Netanyahu mengenai kondisi Gaza pascaperang, dipecat Netanyahu pada Selasa (5/11/2024).
Ia pun mengungkapkan fakta-fakta mengejutkan mengenai bekas atasannya tersebut.
Baca Juga: Netanyahu Pecat Menhan Gallant, Protes Meletus di Israel
Gallant mengungkapkan, sebenarnya tentara Israel telah mencapai semua tujuannya di Gaza.
Dia juga menyebut Netanyahu menolak kesepakatan damai untuk pembebasan tawanan, bertentangan dengan saran badan keamanannya sendiri.
Hal itu diungkapkan Gallant, Kamis (7/11/2024), saat bertemu dengan keluarga tawanan. Pernyataan mengejutkannya itu langsung muncul di media-media Israel.
“Tak ada lagi yang perlu dilakukan di Gaza. Tujuan yang besar telah dicapai. Saya takut kami tetap berada di sana, karena hanya keinginan untuk tetap di sana,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.
Ia pun mengatakan kepada keluarga tawanan bahwa ide Israel harus tetap berada di Gaza untuk menciptakan stabilitas, merupakan ide yang tak pantas, karena mengorbankan nyawa para tentara.
Gallant dilaporkan juga memberi tahu keluarga tawanan bahwa hanya Netanyahu seorang yang bisa memutuskan untuk mencapai kesepakatan pembebasan tawanan dengan Hamas.
Pembebasan itu rencananya akan ditukar dengan pembebasan tawanan Palestina yang ada di penjara-penjara Israel, serta gencatan senjata sementara.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mencoba menjadi perantara untuk kesepakatan damai sejak Mei.
Bahkan Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan cetak biru untuk fase kesepakatan, dan mengeklaim Netanyahu telah menerimanya.
Namun, PM Israel membuat sejumlah komentar yang memberikan jarak dari Biden dengan syarat-syarat baru.
Ia kemudian menginginkan syarat penempatan pasukan militer Israel (IDF) di Koridor Philadelphi di perbatasan Mesir-Gaza, yang ditolak Hamas.
Pejabat-pejabat AS bahkan melihat Netanyahu sebagai halangan terbesar untuk mencapai perdamaian dengan Hamas.
Gallant pun mengungkapkan kepada keluarga tawanan bahwa sudah tak ada alasan militer untuk bertahan di Gaza.
“Komandan IDF dan saya sudah mengatakan tak ada alasan untuk tetap berada di Koridor Philadelphi,” ucapnya.
Baca Juga: Pembelot Yakin Tentara Korea Utara yang ke Rusia Bukan Pasukan Khusus Kim Jong-Un, Gegara Hal Ini
“Netanyahu mengatakan bahwa itu demi kepentingan diplomatik. Saya katakan kepada Anda, tak ada kepentingan diplomatik,” ucapnya.
Pernyataan Gallant tersebut menjadi ledakan politik di Israel, di mana keluarga tawanan yang tersisa di Gaza, pendukung mereka dan kubu oposisi, menuduh Netanyahu mempertahankan konflik di Gaza untuk menunda pemilu yang baru, yang akan membuatnya kehilangan kekuasaan.
Tak adanya gencatan senjata di Gaza juga memperpanjang konflik di Lebanon, di mana Hizbullah telah menyatakan akan meningkatkan serangan ke Israel selama Gaza terus dibombardir.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : The Guardian