Tentara Korea Utara di Rusia: Dinilai Tak Berpengalaman, Diyakini Tidak Pulang dalam Keadaan Hidup
Kompas dunia | 5 November 2024, 15:44 WIBSelama Perang Vietnam dan Perang Yom Kippur pada 1973, negara ini telah mengirimkan pilot dan penasihat militer.
Pengiriman pasukan darat dalam jumlah besar seperti ini adalah yang pertama kalinya sejak Perang Korea di awal 1950-an.
“Pengiriman pasukan ini sangat bersejarah bagi Korea Utara, yang biasanya hanya mengirim kelompok penasihat atau spesialis,” ungkap laporan dari Center for Strategic and International Studies, lembaga kajian di Amerika Serikat, dikutip dari The Guardian.
Banyak yang mengkhawatirkan kondisi fisik dan kesehatan para tentara ini.
Pada tahun 2017, seorang tentara Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan ditemukan memiliki cacing parasit besar di tubuhnya, serta menunjukkan tanda-tanda malnutrisi.
Laporan intelijen Korea Selatan juga menyebutkan, para tentara ini kemungkinan besar berasal dari keluarga yang telah dipindahkan secara rahasia ke lokasi lain untuk menjaga kerahasiaan operasi.
Meskipun bagi sebagian tentara muda ini, pengiriman ke Rusia mungkin dianggap sebagai kehormatan besar, banyak pihak yang meragukan mereka akan selamat kembali ke Korea Utara.
Baca Juga: Korea Utara Tembakkan Rudal Jelang Pilpres AS, Ketegangan Semakin Meningkat di Asia Timur
Para analis mengatakan, pasukan Korea Utara kemungkinan besar akan ditempatkan di zona pertempuran paling berbahaya, dan menjadikan mereka sebagai sasaran empuk bagi serangan Ukraina.
Bagi Kim Jong-un, pengiriman pasukan ini merupakan taruhan besar.
Jika kerugian besar diderita, dampaknya dapat merusak reputasi rezimnya, meskipun berita semacam ini mungkin tidak akan sampai ke rakyat Korea Utara akibat ketatnya kontrol media.
Laporan terakhir menyebutkan, lebih dari 1,4 juta warga Korea Utara telah mendaftar untuk bergabung dengan angkatan bersenjata, meskipun sulit untuk memverifikasi kebenaran klaim ini.
“Kim Jong-un sedang berjudi dengan masa depan pasukannya,” kata Ahn Chan-il, seorang mantan letnan Korea Utara yang kini memimpin Lembaga Studi Korea Utara di Seoul.
“Jika tidak ada kerugian besar, mungkin ia akan mendapat apa yang diinginkan. Tetapi jika banyak tentaranya tewas, situasi bisa berubah drastis,” imbuhnya.
Minggu-minggu mendatang akan menentukan apakah pasukan Korea Utara lebih dari sekadar tentara yang kurang siap, yang secara tidak sadar dijadikan tentara bayaran oleh Kim untuk memperkaya dan memperkuat rezimnya.
Sementara itu, Choi Jung-hoon, seorang mantan letnan pertama di angkatan bersenjata Korea Utara yang kini memimpin kelompok aktivis di Seoul mengatakan, hatinya "sakit" ketika melihat video yang dirilis Ukraina yang menunjukkan para tentara muda Korea Utara antre mengambil seragam militer Rusia dan peralatan mereka bulan lalu.
“Tak satu pun yang berpikir bahwa mereka akan pergi ke Rusia untuk mati,” kata Choi.
“Tapi saya rasa mereka adalah meriam manusia karena mereka akan dikirim ke lokasi-lokasi paling berbahaya. Saya yakin mereka akan terbunuh," ucapnya.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya
Sumber : The Guardian