> >

Korea Utara Tembakkan Rudal Jelang Pilpres AS, Ketegangan Semakin Meningkat di Asia Timur

Kompas dunia | 5 November 2024, 10:10 WIB
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan apa yang dikatakannya sebagai uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua baru Hwasong-19 di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada Kamis, 31 Oktober 2024. (Sumber: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP, File)

Selain itu, Pyongyang diduga telah menyediakan persenjataan dan pasukan untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina.

Berdasarkan laporan intelijen AS, Korea Selatan, dan Ukraina, Korea Utara diperkirakan telah mengirimkan antara 10.000 hingga 12.000 pasukan ke Rusia. 

Jika pasukan tersebut terlibat dalam pertempuran melawan Ukraina, itu akan menjadi keterlibatan pertama Korea Utara dalam konflik besar sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan pada Senin (4/11/2024) bahwa sebanyak 10.000 tentara Korea Utara saat ini berada di wilayah Kursk, Rusia, dekat perbatasan Ukraina, dan diperkirakan akan segera bergabung dalam pertempuran.

Di tengah meningkatnya kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia, kekhawatiran juga muncul terkait potensi transfer teknologi rudal atau nuklir dari Moskow ke Pyongyang. 

Baca Juga: Intelijen Inggris Yakin Tentara Korea Utara Kesulitan Bantu Perang Rusia, Ungkap Hambatannya

Setelah pertemuan di Seoul pada Senin kemarin, Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Cho Tae-yul, dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyampaikan kekhawatiran mendalam mengenai ancaman ini.

Mereka memperingatkan bahwa transfer semacam itu akan merusak upaya internasional untuk mencegah proliferasi nuklir dan membahayakan perdamaian serta stabilitas di Semenanjung Korea dan seluruh dunia.

Sebagai tanggapan atas ancaman yang semakin nyata dari Korea Utara, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang terus memperkuat latihan militer gabungan mereka. 

Langkah ini juga diiringi dengan pembaruan strategi pencegahan nuklir, termasuk pengintegrasian aset strategis AS di kawasan.

Sebelumnya, dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin, Duta Besar Korea Utara, Kim Song, membela program nuklir dan rudal balistik negaranya. 

Ia menegaskan bahwa pengembangan senjata nuklir Korea Utara adalah tindakan yang sah untuk mempertahankan diri dari ancaman nuklir yang dianggap berasal dari Amerika Serikat.

Sementara itu, Wakil Duta Besar AS, Robert Wood, menegaskan bahwa Washington tidak akan tinggal diam di tengah ancaman yang semakin meningkat dari program nuklir Korea Utara. 

Wood juga mengulangi tuntutan agar Rusia menjelaskan apakah pasukan Korea Utara benar-benar hadir di Rusia.

Namun, Wakil Duta Besar Rusia, Anna Evstigneeva, menolak menjawab pertanyaan AS, dengan menyatakan bahwa Dewan Keamanan bukan tempat untuk interogasi. 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU