> >

Rusia: Ukraina Ketar-ketir Hadapi Perkembangan di Garis Depan, Minta Rudal Tomahawk kepada AS

Kompas dunia | 31 Oktober 2024, 22:15 WIB

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menghadiri pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Bank Pembangunan Baru Dilma Rousseff di sela-sela KTT BRICS di Kazan, Rusia, Selasa (22/10/2024). (Sumber: Alexander Nemenov, Pool Photo via AP)

MOSKOW, KOMPAS.TV – Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam pernyataan terbarunya, Kamis (31/10/2024), mengatakan Ukraina saat ini “sangat gelisah” dan ketar-ketir akibat perkembangan yang tidak menguntungkan di garis depan pertempuran.

Menurut Peskov, “situasi di garis depan sudah jelas terlihat; semua pihak di negara kita memahami ini, dan negara-negara Barat juga mencatat bagaimana peristiwa ini berkembang.”

Ia menegaskan, tren saat ini “membuat rezim Kiev sangat cemas.” Menurut dia, inilah alasan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta Amerika Serikat untuk memasok rudal jarak jauh Tomahawk, sebagaimana dilaporkan media Barat.

Peskov menilai dorongan Zelenskyy untuk melegitimasi keterlibatan Barat dalam operasi militer, turut menjadi faktor utama.

“Tampaknya, semua ‘rencana perdamaian’ dan ‘rencana kemenangan’—baik yang dirahasiakan maupun tidak—pada dasarnya adalah upaya Kiev untuk menarik negara-negara Barat lebih dalam ke dalam konflik dan melegitimasi keterlibatan itu,” ujar Peskov.

“Ini adalah tujuan utama dari manuver-manuver ini, dan kami melihatnya seperti itu,” tegasnya.

Kontroversi Permintaan Rudal Tomahawk

Sebelumnya, Zelenskyy mengkritik media Barat atas dugaan pengungkapan informasi rahasia terkait permintaan rudal Tomahawk buatan AS oleh Ukraina.

The New York Times melaporkan, dengan mengutip sumber, bahwa bagian rahasia dari rencana Zelenskyy mencakup permintaan untuk memperoleh rudal jelajah Tomahawk dengan jangkauan sekitar 2.400 km.

Namun, pejabat AS menyebut permintaan ini “sama sekali tidak mungkin diwujudkan.” Selain itu, Zelenskyy gagal meyakinkan Washington untuk mengizinkan serangan ke dalam wilayah Rusia menggunakan senjata buatan Barat.

Baca Juga: Khawatir Tentara Korea Utara Bakal Bantu Rusia Perang di Ukraina, AS Minta China Tekan Kim Jong-Un

Amunisi bantuan Barat untuk Ukraina. (Sumber: TASS)

Dukungan Militer Barat yang Terus Berlanjut

Berdasarkan perhitungan Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia di Jerman, total bantuan militer untuk Kiev dari Februari 2022 hingga Agustus 2024 mencapai sekitar USD123,5 miliar atau sekitar Rp1.943 triliun.

Beberapa negara Barat dilaporkan sudah mulai memasok senjata ke Ukraina sejak tahun 2014, pascakudeta pemerintahan di Kiev.

Bantuan senjata ini meningkat pesat sejak dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina pada Februari 2022.

Uni Eropa dan NATO bertindak sebagai koordinator dalam bantuan senjata, baik secara cuma-cuma maupun komersial. Uni Eropa juga berperan sebagai pusat pendanaan dukungan militer.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : TASS


TERBARU