> >

Mesir Usul Gencatan Senjata Israel-Hamas Dua Hari untuk Bebaskan Sandera, Serangan Terus Berlanjut

Kompas dunia | 28 Oktober 2024, 13:18 WIB
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi pada Minggu, 27 Oktober 2024, mengumumkan bahwa Mesir telah mengusulkan gencatan senjata dua hari antara Israel dan Hamas.  (Sumber: Anadolu)

Baca Juga: Afrika Selatan Ajukan Bukti Forensik Genosida Gaza ke Mahkamah Internasional, Israel Diujung Tanduk

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengomentari serangan ini dengan menyatakan bahwa serangan Israel “tidak perlu dibesar-besarkan maupun diremehkan,” meskipun ia tidak secara eksplisit menyerukan pembalasan. 

Sinyal diplomatis Iran ini muncul di tengah situasi yang semakin memanas, terutama dengan Hizbullah di Lebanon yang kini juga terlibat dalam konflik melawan Israel.

Di dalam negeri, Israel juga menghadapi tekanan dari warganya. Dalam peringatan pemerintah untuk mengenang serangan 7 Oktober, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengakui bahwa “tidak semua tujuan dapat dicapai hanya melalui operasi militer,” sambil menambahkan bahwa “kompromi yang menyakitkan akan diperlukan” untuk mengembalikan para sandera. 

Di acara yang sama, Perdana Menteri Netanyahu menghadapi protes dari warga yang meneriakkan “Malu pada Anda” ketika ia berbicara. 

Banyak warga Israel menyalahkan Netanyahu atas kegagalan keamanan yang menyebabkan serangan tersebut, serta ketidakmampuan pemerintahnya dalam membawa pulang para sandera hingga saat ini.

Di Gaza, serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah utara menewaskan setidaknya 33 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut pejabat Palestina. Serangan ini menambah korban di daerah yang sudah sangat terdampak, dengan kondisi yang semakin memburuk setiap harinya. 

Sekretaris Jenderal PBB bahkan menyebut situasi kemanusiaan warga Palestina di sana sebagai “tak tertahankan.” Di sisi lain, Israel mengklaim bahwa serangannya ditujukan pada militan. 

Ketegangan Israel dengan Iran dan kelompok-kelompok sekutunya, seperti Hamas dan Hizbullah, menunjukkan tanda-tanda perang regional yang lebih luas, sementara upaya diplomatik Mesir dan Qatar untuk menghentikan kekerasan masih menemui jalan buntu. 

Sementara itu, tekanan dalam negeri bagi Israel juga semakin meningkat, membuat jalur menuju perdamaian semakin kompleks dan penuh tantangan.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Anadolu


TERBARU