> >

Pemimpin Michigan Nyatakan Dukungan untuk Trump, Marah pada Kebijakan Gaza Biden

Kompas dunia | 28 Oktober 2024, 00:15 WIB
Calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, kanan, berdiri bersama para pemimpin Muslim setempat selama rapat umum kampanye di Suburban Collection Showplace, Sabtu, 26 Oktober 2024 di Novi, Michigan. (Sumber: AP Photo)

Kontroversi Kebijakan Gaza dan Dampaknya pada Pemilih Muslim  

Mengenai serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, Trump menyatakan akan mengizinkan Israel “menyelesaikan masalah” dalam pertempurannya melawan Hamas, menandakan dukungan terhadap langkah militer Israel.  

Komunitas Muslim di Michigan, yang secara tradisional mendukung Partai Demokrat, mulai berpaling dari pemerintahan Joe Biden.

Mereka kecewa dengan dukungan tak bersyarat Biden terhadap Israel, meski jumlah korban sipil di Gaza terus meningkat.  

Pada Februari lalu, lebih dari 100.000 pemilih Demokrat di Michigan memilih opsi "uncommitted" dalam pemilu primer.

Hal ini sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Biden terkait Gaza.

Ketegangan semakin meningkat ketika Partai Demokrat menolak permintaan kelompok tersebut untuk menghadirkan pembicara Palestina-Amerika di Konvensi Nasional Demokrat (DNC) di Chicago pada Agustus lalu.  

Kekecewaan Komunitas Muslim terhadap Kamala Harris  
Ketegangan memuncak setelah Dr. Ahmed Ghanim, mantan kandidat kongres dari Michigan, dilaporkan dikeluarkan tanpa alasan dari acara khusus yang digelar Harris di pinggiran Detroit.  

“Kampanye kami menyesali insiden ini dan dampaknya terhadap Dr. Ghanim dan komunitasnya. Ia diundang untuk menghadiri acara-acara kami di masa mendatang,” ujar perwakilan kampanye Harris dalam sebuah pernyataan.  

Michigan memiliki sekitar 300.000 penduduk keturunan Timur Tengah dan Afrika Utara, atau sekitar 3,1% dari total populasi negara bagian tersebut.

Dukungan komunitas ini dipandang krusial dalam pemilu.  Pada pemilu 2020, Biden mengalahkan Trump di Michigan dengan selisih lebih dari 150.000 suara.

Hal ini berbeda dengan 2016 ketika Trump unggul tipis dengan selisih kurang dari 11.000 suara atas Hillary Clinton.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Deni-Muliya

Sumber : Associated Press


TERBARU