> >

Koalisi Geng Haiti Sebar Teror di Port-au-Prince dan Rebut Banyak Pemukiman, Pasukan Kenya Kewalahan

Kompas dunia | 27 Oktober 2024, 08:11 WIB
Dua polisi Haiti tampak bertempur di jalanan Haiti, Jumat (1/3/2024). (Sumber: AP Photo)

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS TV — Koalisi geng kriminal pada Sabtu (26/10/2024) melancarkan serangan ke salah satu komunitas di ibu kota Haiti yang belum jatuh ke tangan kelompok bersenjata, dengan tujuan menguasai wilayah tersebut.

Setelah sepekan bentrokan dengan polisi di kawasan Solino, Port-au-Prince, para anggota koalisi geng Viv Ansanm kembali menyerang, membakar sejumlah rumah warga. Serikat polisi nasional memperingatkan bahwa daerah itu hampir sepenuhnya berada di bawah kendali para penjahat bersenjata.

Pada Sabtu pagi, gambar-gambar di media sosial menunjukkan Solino diselimuti asap dan api. Banyak warga terlihat meninggalkan daerah tersebut dengan membawa barang-barang yang dapat mereka selamatkan. 

Pasukan keamanan dan kelompok bersenjata terlibat baku tembak tak jauh dari markas polisi Solino, "Solino dan Nazon hampir jatuh!" kata SPNH-17, serikat polisi nasional, melalui media sosial X pada Sabtu pagi.

Serikat itu juga menyerukan pengunduran diri otoritas terkait. Nazon, yang berada di dekat Solino, juga menjadi sasaran serangan.

adapun Viv Ansanm, yang berarti "Hidup Bersama," terbentuk pada September 2023 sebagai koalisi dua federasi geng yang sebelumnya bermusuhan. Kelompok ini bertanggung jawab atas sejumlah serangan terhadap infrastruktur penting pemerintah pada Februari lalu, yang berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry.

Hari Kamis (24/10), kelompok geng ini juga menembaki sebuah helikopter PBB, memaksa helikopter tersebut mendarat darurat di Port-au-Prince. 

Sementara itu, Jumat (25/10), sebuah maskapai penerbangan AS menghentikan sementara penerbangan menuju ibu kota Haiti. Sejak pekan lalu, warga Solino terus meminta bantuan melalui stasiun-stasiun radio saat mereka mengungsi dari rumah mereka.

Seorang warga Solino, Garry Jean-Joseph, 33 tahun, menyalahkan polisi atas kekerasan yang terjadi.

"Saya pergi tanpa membawa apa-apa," ujarnya.

"Warga Solino tidak paham dengan konspirasi antara polisi dan tentara Viv Ansanm tadi malam."

Baca Juga: Gangster Haiti Bangun Koalisi dan Kuasai 80 Persen Ibu Kota, Polisi Kewalahan

Jean-Joseph menceritakan, pada pukul 2 dini hari, seorang polisi dengan kendaraan lapis baja meminta warga untuk kembali ke rumah karena mereka akan mengamankan kawasan tersebut. 

Namun, tak lama setelah itu, terdengar suara geng-geng bersenjata menyerbu wilayah tersebut.

"Polisi menyerahkan Solino," tambahnya.

Beberapa petugas Kepolisian Nasional Haiti telah lama dituding terlibat korupsi dan bekerja sama dengan geng-geng.

Serangan ini telah memaksa lebih dari 10.000 orang mengungsi di ibu kota hanya dalam seminggu, menurut laporan yang dirilis Kamis oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB. Lebih dari separuh warga yang kehilangan tempat tinggal kini menumpang di 14 penampungan darurat, termasuk sekolah-sekolah. Sisanya tinggal sementara dengan keluarga.

Geng menguasai 80% wilayah Port-au-Prince, meski komunitas seperti Solino terus melawan upaya pengambilalihan kelompok bersenjata. 

Baca Juga: Hasil Liga-Liga Eropa Tadi Malam: Barcelona Hantam Telak Real Madrid, Man City Menang Tipis

Dengan meningkatnya kekerasan geng di ibu kota dan daerah lainnya, kekhawatiran muncul bahwa misi PBB yang dipimpin polisi Kenya kesulitan mengendalikan situasi. 

Ribuan orang telah tewas atau terluka tahun ini, dan lebih dari 700.000 orang kehilangan tempat tinggal dalam beberapa tahun terakhir.

Pejabat AS dan Haiti, termasuk Presiden Sementara Haiti Leslie Voltaire, menyatakan bahwa misi Kenya kekurangan personel dan dana, dan menyerukan agar misi tersebut digantikan oleh misi penjaga perdamaian PBB. Awal tahun ini, serangan terkoordinasi geng memaksa pemerintah menutup bandara internasional utama Haiti selama hampir tiga bulan.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU