Biden Akan Meminta Maaf atas Kebijakan Sekolah Asrama Anak-Anak Indian di Masa Lalu
Kompas dunia | 25 Oktober 2024, 21:21 WIBKebijakan asimilasi paksa yang diluncurkan oleh Kongres pada tahun 1819 sebagai upaya untuk "membudayakan" penduduk asli Amerika berakhir pada tahun 1978 setelah disahkannya undang-undang yang luas, Undang-Undang Kesejahteraan Anak Indian, yang terutama difokuskan pada pemberian hak suara kepada suku-suku dalam menentukan siapa yang mengadopsi anak-anak mereka.
Kunjungan Biden dan Haaland ke Komunitas Indian Sungai Gila dilakukan saat kampanye Wakil Presiden Kamala Harris menghabiskan ratusan juta dolar untuk iklan yang menargetkan pemilih penduduk asli Amerika di negara-negara bagian yang menjadi “medan pertempurannya”, termasuk Arizona dan Carolina Utara.
"Itu akan menjadi salah satu titik tertinggi dalam seluruh hidup saya," kata Haaland tentang permintaan maaf Biden pada hari Jumat.
Namun hingga kini belum diketahui apa tindakan yang akan dilakukan pemerintah AS setelah Biden melakukan permintaan maaf. Departemen Dalam Negeri masih bekerja sama dengan negara-negara bagian untuk memulangkan jenazah anak-anak di tanah federal.
Baca Juga: Tragedi Pembukaan Indian Ocean Island Games di Stadion Madagaskar, Setidaknya 12 Orang Mati Terimpit
Hingga kini beberapa suku masih berselisih dengan Angkatan Darat AS, yang menolak untuk mengikuti hukum federal yang mengatur pengembalian jenazah penduduk asli terkait dengan jenazah mereka yang masih terkubur di Sekolah Indian Carlisle di Pennsylvania.
“Permintaan maaf Presiden Biden adalah momen yang sangat berarti bagi penduduk asli di seluruh negeri ini,” kata Kepala Suku Cherokee Chuck Hoskin Jr. dalam sebuah pernyataan kepada Associated Press.
“Anak-anak kita dipaksa hidup di dunia yang menghapus identitas, budaya, dan mengubah bahasa lisan mereka,” kata Hoskin dalam pernyataannya. “Oklahoma adalah rumah bagi 87 sekolah asrama tempat ribuan anak Cherokee bersekolah. Hingga saat ini, hampir setiap warga Suku Cherokee merasakan dampaknya,” ujarnya.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : The Associated Press