> >

Antisipasi Konflik dengan Iran, Sistem Pertahanan Rudal AS Mulai Beroperasi di Israel

Kompas dunia | 22 Oktober 2024, 13:50 WIB
Sejumlah tentara Amerika Serikat (AS) tampak tengah memuat sistem persenjataan pertahanan udara area ketinggian (Terminal High Altitude Area Defense) atau THAAD ke dalam pesawat pengangkut militer di Fort Bliss, Texas, 23 Februari 2019. (Sumber: Staff Sgt. Cory D. Payne/U.S. Air Force via AP)

TEL AVIV, KOMPAS.TV – Sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) milik Amerika Serikat resmi beroperasi di Israel sejak Minggu (20/10/2024). 

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengumumkan bahwa sistem ini ditempatkan sebagai upaya memperkuat pertahanan Israel di tengah krisis yang terus memanas dengan Iran.

Pengoperasian sistem THAAD dipandang sebagai potensi eskalasi konflik regional. 

Pasalnya, dilansir dari The National, sekitar 100 tentara AS akan dikerahkan untuk mengoperasikan sistem ini, yang berisiko menjadi sasaran jika Iran meluncurkan serangan balasan.

THAAD merupakan salah satu komponen utama dalam kerja sama militer antara AS dan Israel, yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Sistem pertahanan ini dinilai krusial dalam menghadapi dua serangan rudal balistik besar yang diluncurkan Iran pada 13 April dan 1 Oktober lalu.

Dalam dua serangan tersebut, Israel berhasil mencegat sebagian besar rudal yang ditembakkan oleh Iran, sehingga kerusakan yang terjadi pada infrastruktur militer dan sipil relatif minim. 

Namun, serangkaian serangan ini diyakini telah memberi tekanan signifikan pada stok rudal pencegat yang dimiliki Israel.

Baca Juga: Trump Klaim Iran Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel jika Ia Jadi Presiden AS

Selama setahun terakhir, perhatian dunia banyak tertuju pada dukungan material dari AS kepada Israel. Sebanyak 45.000 ton persenjataan telah dikirimkan dengan total nilai mencapai 17,9 miliar dolar AS. 

Di samping itu, AS dan Israel telah bekerja sama dalam pengembangan sistem pertahanan rudal, termasuk sistem Arrow Weapon, sejak tahun 1990-an.

Meskipun bantuan material ini sangat penting, para ahli menekankan bahwa latihan militer bersama untuk menghadapi serangan Iran juga menjadi faktor kunci dalam mempertahankan ketahanan Israel. 

Latihan ini telah berlangsung jauh sebelum serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Serangan Hamas pada awal Oktober 2023 menjadi titik balik dalam konfrontasi langsung antara Iran dan Israel. 

Serangan tersebut menjadi pemicu serangkaian serangan balasan yang menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.

Hingga kini, jumlah korban tewas di Gaza mencapai 42.500 orang, dengan mayoritas korban juga merupakan warga sipil. 

Baca Juga: Kemlu Palestina Sebut Genosida Sedang Terjadi, Israel Bunuh 640 Orang di Gaza Utara dalam 17 Hari

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus

Sumber : The National


TERBARU