> >

Siapakah Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas Perancang Serangan 7 Oktober yang Tewas Dibunuh Israel?

Kompas dunia | 18 Oktober 2024, 10:19 WIB
Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, menyapa para pendukungnya selama pertemuan dengan para pemimpin faksi Palestina di kantornya di Kota Gaza, Rabu, 13 April 2022. (Sumber: AP Photo )

BEIRUT, KOMPAS.TV — Israel menyatakan telah membunuh tokoh Hamas Yahya Sinwar, Kamis (17/10/2024). Meskipun hingga kini belum ada konfirmasi langsung dari Hamas tentang kematiannya, namun kabar kematiannya menjadi sorotan dunia. Lalu siapakah Yahya Sinwar? Bagaimana sosoknya dari sudut pandang warga Palestina dan Israel?

Yahya Sinwar adalah orang yang merencanakan serangan terhadap Israel yang menggemparkan dunia tahun lalu. Serangan Hamas kepada Israel ini kemudian memicu ketegangan yang hingga kini masih terus meluas di Timur Tengah.

Di Gaza, tidak ada tokoh yang lebih menonjol dalam menentukan arah perang daripada Yahya Sinwar yang berusia 61 tahun itu. Ia adalah pemimpin yang obsesif dan disiplin, juga merupakan milisi veteran yang jarang terlihat tampil di hadapan publik.

Dia dikenang sebagai pemimpin yang mempelajari bahasa Ibrani selama bertahun-tahun selama di dalam penjara Israel. Dengan menguasai bahasa Ibrani, Sinwar dapat dengan cermat mempelajari musuhnya.

Bersama dengan Mohammed Deif yang merupakan kepala sayap bersenjata Hamas, ia merancang serangan mendadak pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan. Israel mengatakan bahwa mereka telah membunuh Deif dalam serangan udara bulan Juli di Gaza selatan yang menewaskan lebih dari 70 warga Palestina.

Baca Juga: Kronologi Terbunuhnya Bos Hamas Yahya Sinwar oleh Tentara Israel, Ini Cara Kematiannya Dipastikan

Tak lama setelah itu, pemimpin Hamas yang diasingkan, Ismail Haniyeh, tewas saat mengunjungi Iran dalam sebuah ledakan yang dilakukan Israel. Sinwar kemudian dipilih untuk menggantikannya sebagai pemimpin tertinggi Hamas, meskipun ia bersembunyi di Gaza.

Kelompok militan Palestina yang melakukan serangan Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 warga Israel lainnya. Serangan ini mengejutkan militer dan badan intelijen Israel serta menghancurkan citra Israel yang tak terkalahkan.

Balasan Israel atas serangan ini kemudian sangat menghancurkan Palestina. Hingga kini, konflik yang meningkat selama satu tahun terakhir telah menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina. Serangan balik dari Israel kemudian membuat kerusakan yang meluas di Gaza, dan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan banyak dari mereka yang berada di ambang kelaparan.

Sinwar telah mengadakan negosiasi tidak langsung dengan Israel untuk mencoba mengakhiri perang. Salah satu tujuannya adalah untuk memenangkan pembebasan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, seperti kesepakatan yang membebaskannya lebih dari satu dekade lalu.

Bagi Israel, Sinwar adalah sosok yang mengerikan dan ditakuti. Juru bicara utama tentara Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, bahkan pernah menyebutnya sebagai pembunuh yang memperlihatkan kepada seluruh dunia bahwa Hamas lebih buruk daripada ISIS. 

Sinwar dikenal sebagai orang yang selalu menantang Israel. Sinwar pernah mengakhiri salah satu dari sedikit pidato publiknya dengan mengundang Israel untuk membunuhnya, dengan menyatakan di Gaza, "Saya akan berjalan pulang setelah pertemuan ini," ujarnya ketika itu.

Dia kemudian melakukannya, berjabat tangan dan berswafoto dengan orang-orang di jalan, menantang Israel untuk membunuhnya dalam aktivitas tersebut.

Di antara orang Palestina, dia dihormati karena teguh dalam sikap menentang Israel dan tetap tinggal di Gaza yang miskin, berbeda dengan para pemimpin Hamas lainnya yang memilih hidup dengan nyaman di luar negeri.

Namun, dia juga sangat ditakuti karena cengkeramannya yang kuat di Gaza, tempat perbedaan pendapat publik ditekan.

Baca Juga: Pembunuhan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Ternyata Bukan Lewat Operasi Khusus, Netanyahu Jemawa

Sinwar berbeda dengan beberapa pemimpin Hamas lainnya yang membangun persona yang ramah media. Ia tidak pernah berusaha membangun citra publik. Sebaliknya, ia dikenal sebagai "Penjagal Khan Younis" karena pendekatannya yang keras terhadap warga Palestina yang diduga bekerja sama dengan Israel.

Sinwar lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza dari sebuah keluarga yang termasuk di antara ratusan ribu warga Palestina yang diusir dari wilayah mereka sendiri, yang sekarang menjadi wilayah Israel.

Ia adalah anggota awal Hamas, yang muncul dari cabang Palestina dari Ikhwanul Muslimin pada tahun 1987, ketika daerah kantong pantai tersebut berada di bawah pendudukan militer Israel.

Sinwar meyakinkan pendiri kelompok tersebut, Sheikh Ahmed Yassin, bahwa untuk berhasil sebagai organisasi perlawanan, Hamas perlu dibersihkan dari informan Israel. Maka mereka pun mendirikan sebuah badan keamanan, yang saat itu dikenal sebagai Majd, yang dipimpin oleh Sinwar.

Ia pernah ditangkap Israel pada akhir tahun 1980-an. Dia dijatuhi hukuman empat kali penjara seumur hidup atas pelanggaran yang mencakup penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel.

Michael Koubi, mantan direktur departemen investigasi di badan keamanan Shin Bet Israel yang menginterogasi Sinwar, mengingat pengakuan Sinwar yang paling diingatnya. Menurutnya, Sinwar pernah menceritakan pernah memaksa seorang pria untuk mengubur hidup-hidup saudaranya sendiri karena ia dicurigai bekerja untuk Israel.

"Matanya penuh dengan kebahagiaan saat ia menceritakan kisah ini kepada kami," kata Koubi seperti dikutip dari The Associated Press.

Namun bagi sesama tahanan, Sinwar adalah orang yang karismatik, mudah bergaul, dan cerdik, terbuka terhadap tahanan dari semua faksi politik.

Baca Juga: Yahya Sinwar Lama Tak Muncul, Israel Periksa Kemungkinan Pemimpin Hamas Tewas di Gaza

Ia menjadi pemimpin ratusan anggota Hamas yang dipenjara. Ia mengorganisasi pemogokan untuk memperbaiki kondisi, belajar bahasa Ibrani dan mempelajari masyarakat Israel. Ia dikenal karena memberi makan sesama tahanan, membuat kunafa, makanan ringan berupa adonan parut yang diisi dengan keju.

“Menjadi seorang pemimpin di dalam penjara memberinya pengalaman dalam negosiasi dan dialog, dan dia memahami mentalitas musuh dan cara memengaruhinya,” kata Anwar Yassine, seorang warga negara Lebanon yang menghabiskan sekitar 17 tahun di penjara Israel, yang sebagian besar waktunya dihabiskan bersama Sinwar.

 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Associated Press


TERBARU