> >

PM Qatar Ungkap Israel Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Kompas dunia | 16 Oktober 2024, 17:30 WIB
Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan sikap pemerintah Israel menjadi hambatan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. (Sumber: AP Photo)

DOHA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) yang juga Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan sikap pemerintah Israel menjadi hambatan dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

"Qatar telah memainkan peran sebagai mediator sejak awal konflik. Kami telah melakukan ini selama lebih dari satu tahun, tetapi, sayangnya, kesepakatan membutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak," kata Sheikh Mohammed dalam wawancara dengan televisi nasional Qatar, seperti dilaporkan TASS, Rabu (16/10/2024).

"Salah satu pihak tidak berniat untuk menyepakatinya. Tidak peduli apa yang kami lakukan sebagai mediator, hasilnya tetap sama. Anda tahu tentang hambatan ini. Pihak Israel telah menjadi penghalang, terutama belakangan ini."

Baca Juga: Israel Disebut Gunakan Penyakit Kudis untuk Menyiksa Tawanan Palestina

Sheikh Mohammed juga menekankan, meskipun negaranya tetap berpegang pada posisi "konsisten, jelas, dan dikenal luas" dalam mendukung rakyat Palestina, upaya mediasi Qatar selalu dilakukan "dengan transparansi penuh dan itikad baik."

Ia menambahkan, Qatar akan terus berupaya menyelesaikan konflik tersebut.

Pada 15-16 Agustus lalu, Doha menjadi tuan rumah putaran baru konsultasi yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan mengenai pembebasan tawanan yang ditahan di Jalur Gaza serta implementasi gencatan senjata di wilayah tersebut.

Baca Juga: Qatar Sebut Israel Lakukan Genosida Kolektif di Timur Tengah, Serukan Implementasi Solusi Dua Negara

Para pemimpin Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan tersebut menyebutkan bahwa negosiasi dilakukan dalam suasana yang positif.

Selama putaran baru pembicaraan tersebut, Washington mengajukan proposal untuk mengurangi perbedaan antara Hamas dan Israel. Namun, Hamas menyebut inisiatif AS tersebut hanya melayani kepentingan Israel.

Putaran pembicaraan berikutnya diadakan di ibu kota Mesir pada 25 Agustus. Juru bicara Hamas, Izzat al-Risheq, mengatakan delegasi organisasi perlawanan Palestina meninggalkan Kairo setelah bertemu dengan mediator dari Mesir dan Qatar. 

Baca Juga: Korban Pembunuhan Israel di Gaza Tembus 42.344 Jiwa, Ribuan Masih Terkubur Reruntuhan

Menurut al-Risheq, Hamas bersikeras agar Israel memenuhi syarat-syarat yang telah disepakati oleh organisasi perlawanan itu pada 2 Juli.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, pada 17 September mengatakan konsultasi sejauh ini belum menghasilkan perubahan yang signifikan.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : TASS


TERBARU