Han Kang Menangi Nobel Sastra, Budaya Korea Semakin Diakui Dunia
Kompas dunia | 11 Oktober 2024, 10:57 WIB"Anda mengubah luka menyakitkan dari sejarah modern kita menjadi sastra yang hebat," tulis Yoon.
"Saya menyampaikan rasa hormat saya kepada Anda karena telah mengangkat nilai sastra Korea," katanya, seperti dikutip dari The Associated Press.
Han adalah putri dari novelis terkenal Korea Selatan, Han Seung-won. Dia memulai debut penerbitannya sebagai penyair pada tahun 1993.
Ia memenangi Penghargaan Booker Internasional pada 2016 untuk novel "The Vegetarian," yang menceritakan keputusan seorang wanita untuk berhenti makan daging.
Keputusannya itu membawa konsekuensi yang menghancurkan dan menimbulkan kekhawatiran di antara anggota keluarganya bahwa dia mengalami penyakit mental. Buku tersebut terjual lebih dari 100.000 eksemplar di Amerika Serikat.
Salah satu novel terkenal Han lainnya adalah "Human Acts," yang berlatar tahun 1980 di kota kelahirannya, Gwangju. Ceritanya mengenai seorang anak laki-laki yang mencari mayat temannya yang terbunuh dalam penindasan yang kejam terhadap protes mahasiswa.
Pemerintahan militer Korea Selatan saat itu mengirim pasukan ke Gwangju untuk menangani pengunjuk rasa pro-demokrasi. Sekitar 200 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam peristiwa tersebut.
“Keputusan itu datang terlalu tiba-tiba. Saya juga bisa menggambarkannya sebagai perasaan bingung,” kata Han Seung-won, ayah Han, kepada wartawan pada Jumat (11/10/2024), tentang momen saat ia mendengar berita bahwa putrinya memenangi Hadiah Nobel.
Baca Juga: Pengarang Asal Korea Selatan Han Kang Dianugerahi Nobel Sastra 2024
Ia memuji tulisan putrinya, yang ia gambarkan sebagai puitis dan menunjukkan “realisme fantastis” yang unik.
Dia juga memuji penerjemah Inggris Deborah Smith, yang menerjemahkan “The Vegetarian” dan “The White Book.”
“Penerjemahnya entah bagaimana berhasil menyampaikan kalimat-kalimat Han Kang, menghidupkan prosa yang halus dan indah beserta kepekaan melankolisnya," katanya.
Penghargaan Han Kang menimbulkan kegembiraan di kalangan penulis dan kritikus Korea Selatan, yang dalam komentarnya kepada media lokal menyatakan harapan bahwa penghargaan itu akan membawa lebih banyak perhatian global terhadap sastra Korea Selatan.
“Namun masih harus dilihat apakah cerita-cerita Han akan menjadi sangat populer di kalangan pembaca biasa di seluruh dunia,” kata Bruder Anthony dari Taize, seorang sarjana kelahiran Inggris dan penerjemah sastra Korea yang produktif.
“Buku-bukunya tidak selalu mudah dibaca,” katanya, menggambarkan bagaimana novel-novel Han sering kali merupakan cerita rumit tentang kegagalan komunikasi, kesalahpahaman, orang-orang yang tidak bahagia dan hubungan yang bermasalah serta rasa sakit.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV, The Associated Press