Netanyahu Bakal Namai Perang di Gaza Jadi Perang Kebangkitan, Malah Panen Hujatan
Kompas dunia | 8 Oktober 2024, 02:05 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan menamai perang di Gaza menjadi “Perang Kebangkitan”.
Netanyahu dilaporkan sudah memasukkan proposal untuk menamai ulang perang yang diluncurkan sejak 7 Oktober 2023.
Ketika itu, Hamas melakukan aksi militer ke selatan Israel, dan membunuh 1.200 orang.
Baca Juga: Wali Kota di Meksiko Tewas Dibunuh meski Baru 6 Hari Bertugas, Korban Kekerasan Geng Narkoba?
Israel sendiri melakukan pembalasan dengan menyerang Gaza, dan membunuh lebih dari 41.000 orang.
Sebelumnya, perang di Gaza dengan dalih menghancurkan Gaza itu dinamai “Pedang Baja”.
“Ini adalah ‘perang kebangkitan’ untuk memastikan 7 Oktober tidak terulang lagi,” kata Netanyahu, Senin (7/10/2024) dikutip dari CNN International.
Hal itu diungkapkannya dalam pertemuan pemerintahan Israel, yang menandai satu tahun peringatan serangan tersebut.
“Ini adalah perang untuk eksistensi kami,’ kata Netanyahu.
Ia juga menambahkan bahwa perang tak akan berakhir hingga tujuan Israel tercapai, yaitu menghancurkan Hamas, dan membawa pulang sandera.
“Selain itu, juga menggagalkan ancaman di masa depan dari Gaza, serta memulangkan warga wilayah utara yang dievakuasi ke rumah mereka,” tambahnya.
Namun, upaya Netanyahu tersebut malah dihujat oleh pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid.
Ia menyerang balik Netanyahu atas nama yang akan diberikannya.
‘Anda bisa mengganti sebanyak mungkin nama yang Anda inginkan, (namun) Anda tak akan mengubah fakta bahwa di bawah pengawasan Anda, bencana terburuk dalam sejarah Israel telah terjadi,” tulis Lapid di Telegram.
Baca Juga: Menhan Israel Ancam Iran, Sebut Bakal Luluh Lantak seperti Gaza dan Beirut
‘Pemerintahan ini bukanlah pemerintahan kebangkitan, ini adalah pemerintahan yang disalahkan,” tambahnya.
Forum Keluarga Sandera Israel juga ikut menghujat rencana Netanyahu itu.
“Tidak ada dan tak akan ada kebangkitan tanpa mengembalikan semua sandera,” bunyi pernyataan mereka.
Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : CNN international