Pasukan Perdamaian PBB Putuskan Tetap di Perbatasan Lebanon Meski Ada Serangan Darat Israel
Kompas dunia | 4 Oktober 2024, 08:53 WIBNEW YORK, KOMPAS TV — Pasukan perdamaian PBB tetap berada di posisi mereka di perbatasan selatan Lebanon, meskipun Israel telah meminta untuk mengosongkan beberapa area sebelum melancarkan operasi daratnya terhadap militan Hizbullah, ungkap Kepala Perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, Kamis (3/10/2024).
Lacroix menjelaskan komandan dan petugas penghubung dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon UNIFIL terus menjalin kontak dengan militer Israel dan Lebanon.
Menurutnya, ini adalah langkah kunci untuk melindungi lebih dari 10.000 pasukan perdamaian PBB yang berada di wilayah tersebut. "UNIFIL satu-satunya saluran komunikasi antara kedua pihak," kata Lacroix kepada wartawan, "Pasukan perdamaian juga bekerja sama dengan mitra untuk melindungi populasi sipil."
UNIFIL dibentuk pada 1978 untuk mengawasi penarikan mundur pasukan Israel dari Lebanon Selatan setelah invasi Israel.
Misi PBB ini kemudian diperluas setelah perang 2006 antara Israel dan Hizbullah, yang memungkinkan pasukan perdamaian dikerahkan di sepanjang perbatasan Israel.
Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang tersebut menuntut semua kelompok bersenjata, termasuk Hizbullah, dilucuti dan tentara Lebanon dikerahkan ke seluruh wilayah hingga perbatasan Israel. Namun, setelah 17 tahun, kedua tuntutan tersebut belum terpenuhi.
Lacroix, yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian, menyebutkan bahwa UNIFIL sudah memprediksi adanya "operasi darat terbatas dan terarah" dan telah membahas secara mendalam apakah pasukan PBB harus tetap berada di sana atau tidak, dengan keputusan untuk tetap tinggal saat ini.
“Kami terus memantau situasi di lapangan terkait keselamatan dan keamanan pasukan perdamaian,” kata Lacroix, menambahkan bahwa rencana kontingensi telah disiapkan meskipun dia menolak membahasnya lebih lanjut.
Baca Juga: Korban Tewas Serangan Israel di Lebanon Capai 2.000 Orang, 127 di antaranya Anak-Anak
Lacroix juga menegaskan Israel dan Hizbullah memiliki kewajiban untuk melindungi pasukan perdamaian PBB.
Pasukan darat Israel telah memasuki Lebanon Selatan pada Selasa dini hari, yang bersamaan dengan peningkatan serangan udara, menandai eskalasi signifikan melawan militan Hizbullah yang didukung Iran, dan konflik yang semakin memanas di Timur Tengah. Pertempuran ini berlangsung saat kawasan tersebut bersiap menghadapi respons Israel terhadap serangan rudal balistik Iran.
Hizbullah mulai menembakkan roket melintasi perbatasan setelah militan Hamas yang didukung Iran melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, yang kemudian dibalas dengan ofensif militer Israel di Gaza.
Lacroix mengatakan bahwa ada beberapa "masalah" setelah operasi darat Israel di Lebanon dimulai, meskipun ia tidak memberikan rincian, namun menegaskan bahwa mekanisme penghubung PBB dengan pihak Israel dan Lebanon efektif dalam mengatasi masalah tersebut.
Saat ini, UNIFIL tidak menjalankan patroli seperti biasanya, namun posisinya tetap dijaga. Di beberapa tempat, jumlah pasukan perdamaian telah dikurangi sekitar 20%, kata Lacroix.
Ketika ditanya apakah tembakan Israel mendekati pangkalan atau posisi pasukan PBB, Lacroix menjawab bahwa salah satu nilai tambah dari mekanisme penghubung ini adalah untuk mencegah dan menangani potensi insiden yang dapat mengancam keselamatan pasukan perdamaian.
Petugas penghubung UNIFIL juga menangani kegiatan lain, termasuk pergerakan militer, tambah Lacroix.
Selain itu, UNIFIL telah mendukung upaya sipil untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat di Lebanon Selatan. Meskipun situasi sulit, pasukan perdamaian terus berusaha membantu dan "berperan semaksimal mungkin," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press