> >

Rusia Sebut AS Bertanggung Jawab atas Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah

Kompas dunia | 2 Oktober 2024, 13:34 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova. Pada 24 September, Moskow mengutuk keras serangan militer besar-besaran Israel terhadap Lebanon. (Sumber: TASS)

MOSKOW, KOMPAS.TV — Rusia menuding Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. 

Pemerintah Rusia menyebut upaya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden sebagai sebuah “kegagalan total.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataannya di Telegram, Selasa (2/10/2024), menilai bahwa pernyataan terbaru dari Gedung Putih terkait situasi di kawasan itu menunjukkan ketidakberdayaan dalam menyelesaikan krisis.

”Kegagalan total pemerintahan Biden di Timur Tengah. Sebuah drama berdarah yang semakin memanas. Pernyataan Gedung Putih yang tidak jelas menunjukkan ketidakmampuan dalam menangani krisis. Upaya (Menteri Luar Negeri AS Antony) Blinken telah menyebabkan puluhan ribu korban dan kebuntuan,” tulis Zakharova dikutip dari Anadolu.

Komentar Rusia muncul setelah serangan besar-besaran yang dilancarkan Iran terhadap Israel, Selasa (1/10/2024).

Serangan ini disebut sebagai serangan balasan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, oleh Israel. 

Baca Juga: AS Protes Jet Tempur Rusia Su-35 Melintas Sangat Dekat dari F-16 Miliknya di Alaska

Iran berhasil menembakkan ratusan rudal yang diklaim menyasar infrastruktur militer Israel.

Eskalasi ini semakin memperburuk situasi keamanan di kawasan yang telah lama tegang akibat konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok-kelompok militan di Lebanon serta dukungan Iran terhadap Hizbullah.

Sementara itu, serangan yang dilancarkan Iran berdampak pada rencana perjalanan delegasi resmi Rusia yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Dmitry Chernyshenko. 

Delegasi tersebut terpaksa membatalkan penerbangan ke Doha, Qatar, untuk mengikuti KTT Dialog Kerja Sama Asia yang berlangsung 2-3 Oktober 2024.

Pesawat yang ditumpangi Chernyshenko harus berbalik arah saat mendekati wilayah udara Iran karena penutupan ruang udara akibat serangan tersebut. 

Kru melaporkan bahwa pesawat harus mengubah jalur dan melakukan pengisian bahan bakar di kota Mineralnye Vody, Rusia.

Baca Juga: Perang Ukraina Tak Kunjung Selesai, Rusia Tingkatkan Anggaran Pertahanan hingga 40 Persen dari APBN

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu


TERBARU