Kremlin Peringatkan Risiko Konflik Besar di Timur Tengah Pasca Kematian Pemimpin Hizbullah
Kompas dunia | 1 Oktober 2024, 14:08 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV – Risiko terjadinya konflik besar di Timur Tengah semakin tinggi setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Kremlin memperingatkan dampak serius dari serangan udara Israel yang menargetkan wilayah pemukiman di Lebanon, yang dikhawatirkan memicu eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Senin (30/9/2024) mengatakan bahwa serangan tanpa pandang bulu terhadap area pemukiman di Lebanon telah menyebabkan banyak korban jiwa.
“Pengeboman tanpa pandang bulu terhadap wilayah permukiman di Lebanon menyebabkan banyaknya korban jiwa," kata Peskov di Moskow dikutip dari Anadolu.
“Hal ini pasti akan menyebabkan bencana kemanusiaan seperti yang kita saksikan di Gaza,” tambahnya.
Sejak 23 September lalu, Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap apa yang mereka sebut sebagai target Hizbullah di Lebanon.
Baca Juga: Kremlin: Pernyataan Putin Soal Amandemen Doktrin Nuklir Rusia Sinyal bagi Barat
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 960 orang tewas dan lebih dari 2.770 lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Timur Tengah, bersama sejumlah komandan organisasi tersebut, tewas dalam serangan udara Israel di Ibu Kota Beirut pada Jumat (27/9/2024)lalu.
Kematian Nasrallah diyakini akan memperburuk ketegangan antara Israel dan Hizbullah yang telah terlibat dalam perang lintas batas sejak Oktober.
Perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah meletus bersamaan dengan perang Israel di Gaza yang dimulai bulan Oktober lalu, setelah serangan lintas batas oleh kelompok Hamas.
Konflik Gaza sendiri telah menelan korban jiwa hingga 41.600 orang, kebanyakan di antaranya wanita dan anak-anak.
Komunitas internasional kini semakin khawatir bahwa serangan Israel di Lebanon dapat memperluas konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih besar, dengan risiko yang jauh lebih destruktif bagi kawasan Timur Tengah.
Baca Juga: Putin Ogah Hubungi Trump, Kremlin Yakin Presiden Rusia Tak Akan Bernasib Sama
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Anadolu