Israel Kerahkan Serangan Darat Gempur Hizbullah di Lebanon Selatan, Perang Besar Dimulai
Kompas dunia | 1 Oktober 2024, 09:30 WIBHizbullah adalah milisi yang terlatih dengan baik, diperkirakan memiliki puluhan ribu pejuang serta gudang senjata berisi 150.000 roket dan rudal. Pertempuran terakhir pada tahun 2006 berakhir dengan kebuntuan. Kedua pihak telah menghabiskan dua dekade terakhir untuk mempersiapkan konfrontasi berikutnya.
Sementara Hizbullah terus memperkuat arsenalnya, Israel menginvestasikan sumber daya besar dalam pelatihan dan pengumpulan intelijen. Serangan udara terbaru Israel yang menghancurkan sebagian besar pimpinan Hizbullah, serta meledakkan ratusan pager dan walkie-talkie yang dimiliki oleh kelompok tersebut, menunjukkan bahwa Israel telah menyusup ke dalam tingkat tertinggi organisasi Hizbullah.
Senin lalu, Hizbullah berjanji akan terus bertempur meskipun mengalami kerugian. Pemimpin sementara mereka, Naim Kassem, dalam pernyataan televisi menegaskan bahwa Hizbullah siap untuk menghadapi operasi darat. Ia juga menyatakan komandan yang tewas dalam beberapa pekan terakhir telah digantikan.
Tokoh yang diperkirakan akan mengambil alih posisi tertinggi dari Kassem adalah Hashem Safieddine, sepupu Nasrallah yang memimpin urusan politik Hizbullah.
Baca Juga: Pemimpin Sementara Hizbullah Bersumpah Lanjutkan Perlawanan setelah Kematian Nasrallah
Risiko Perang Regional yang Lebih Luas
Israel memiliki sejarah panjang dan berdarah di Lebanon, termasuk invasi singkat pada tahun 1978 untuk menyerang milisi Palestina dan invasi kedua pada tahun 1982 yang berujung pada pendudukan selama 18 tahun di Lebanon Selatan.
Peningkatan serangan terhadap Hizbullah juga dapat meningkatkan risiko perang regional yang lebih luas, karena Israel menghadapi serangkaian musuh yang didukung oleh Iran. Minggu ini, Israel melakukan serangan udara di Yaman terhadap milisi Houthi sebagai respons terhadap serangan rudal. Netanyahu juga telah memperingatkan Iran bahwa Israel siap untuk menyerang di mana saja di Timur Tengah.
AS dan sekutu-sekutunya menyerukan gencatan senjata, dengan harapan menghindari eskalasi yang dapat melibatkan Iran dan memicu perang yang lebih luas. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya tidak tertarik, karena Israel terus meraih kemenangan militer melawan musuh lamanya.
Prancis, yang memiliki hubungan dekat dengan Lebanon, turut menyerukan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, yang mengunjungi Beirut hari Senin, mendesak Israel untuk tidak melakukan serangan darat. Ia juga meminta Hizbullah untuk menghentikan serangan terhadap Israel, dengan mengatakan bahwa kelompok tersebut "memikul tanggung jawab besar dalam situasi saat ini, mengingat keputusannya untuk terlibat dalam konflik."
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, berbicara setelah pertemuannya dengan Barrot, menyatakan negaranya berkomitmen pada gencatan senjata segera, diikuti dengan penempatan pasukan Lebanon di wilayah selatan, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang 2006 namun belum sepenuhnya dilaksanakan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press