Ancaman Putin Paling Menakutkan Bukan Ubah Doktrin Nuklir Rusia, tapi Hal Ini
Kompas dunia | 30 September 2024, 13:16 WIBDan menurutnya, dampak terparah akan terjadi jika serangan pengeboman ke pembangkit listrik tenaga nuklir terus dilakukan Rusia.
“Serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir diharapkan dapat memutuskan sambungannya dari jaringan listrik tanpa mengenai reaktor dan menyebabkan Chernobyl kedua,” tulis Champion.
“Namun kecerobohan besar dalam tindakan tersebut merupakan sinyal yang lebih baik daripada perubahan doktrinal apa pun mengenai kesediaan Putin untuk menerima dampak nuklir, baik di pembangkit listrik atau sebagai akibat dari serangan nuklir,” ujarnya.
Klaim Zelenskyy sendiri belum bisa diverifikasi, dan Champion mengungkapkan bisa jadi bahwa itu caranya mempermainkan audiens global di Sidang Umum PBB.
Atau bisa jadi badan intelijennya mendengar apa yang oleh Kremlin memang ingin agar mereka dengar.
“Meski begitu, ancaman tersebut tetap sangat mungkin terjadi,” tulisnya.
Champion juga melihat alasan kekhawatiran lainnya adalah laporan yang mencatat bahwa Rusia telah membicarakan penyediaan rudal anti-kapal canggih kepada milisi Houthi di Yaman.
Houthi sendiri mengontrol jalur dari Laut Merah ke Terusan Suez.
Kelompok ini kerap mengganggu kapal komersial yang melewati selat itu, yang diduga dari negara pendukung Israel, termasuk AS.
Serangan itu semakin gencar sejak serangan Israel ke Gaza.
Rudal anti-kapal milik Rusia akan meningkatkan jangkauan dan kekuatan serangan Houthi.
Baca Juga: Waduh, Wabah Mematikan Muncul Lagi di Afrika, Virus Marburg Tewaskan 6 Orang di Rwanda
Putin sendiri telah memberikan ancaman kepada AS pada Juni, jika mereka dan sekutunya memberikan Ukraina rudal jarak jauh untuk menyerang Rusia, mereka akan memasok rudal untuk musuh AS di seluruh dunia.
“Ancaman ini, lagi-lagi sangat mungkin terjadi, dan akan membuat kapal komersil yang melewati Suez, dan kapal Angkatan laut yang dikirim untuk melindungi mereka akan menghadapi risiko yang besar,” tuturnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Bloomberg