Rusia di PBB Ungkap Pembantaian Warga Palestina oleh Israel Gunakan Senjata AS, Tuntut Dihentikan
Kompas dunia | 30 September 2024, 07:05 WIBNEW YORK, KOMPAS TV – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB hari Sabtu 28 September 2024, mengungkapkan bahwa pembantaian warga Palestina oleh Israel menggunakan senjata Amerika Serikat dan menuntut itu segera dihentikan.
Berbicara di hadapan Majelis Umum PBB di New York, Lavrov menekankan bahwa "hukuman kolektif massal terhadap warga Palestina" yang dilakukan oleh Israel merupakan tindakan yang tidak dapat diterima, seperti laporan Anadolu, Minggu 29 September 2024.
"Semua orang yang masih memiliki rasa belas kasih pasti marah melihat tragedi bulan Oktober dijadikan alasan untuk menghukum secara kolektif rakyat Palestina, yang berujung pada bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pembunuhan terhadap warga sipil Palestina dengan senjata buatan Amerika harus segera dihentikan," kata Lavrov.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel dilaporkan telah membunuh lebih dari 41.500 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak di Gaza.
Lavrov juga mendesak penyaluran bantuan kemanusiaan dan pemulihan infrastruktur di wilayah Palestina. Ia menegaskan bahwa hal terpenting saat ini adalah mendirikan negara Palestina yang berdaulat berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Baca Juga: Rusia Keras di Sidang Umum PBB, Serukan Dunia Multipolar dan Kecam Dominasi Barat yang Dimotori AS
Lavrov juga mengecam pembunuhan Nasrallah, mengatakan: "Metode pembunuhan politik yang hampir menjadi praktik umum sangat mengkhawatirkan, seperti yang terjadi lagi kemarin di Beirut."
Mengenai pembunuhan Nasrallah, Lavrov mengkritik Israel yang menggunakan "metode teroris" untuk menyelesaikan perselisihan politik.
Ia berpendapat bahwa tindakan ini merupakan upaya untuk memprovokasi Iran dan kelompok perlawanan Lebanon, Hezbollah, sehingga mendorong Amerika Serikat untuk terlibat langsung dalam konflik di Timur Tengah.
"Pembunuhan Nasrallah bukanlah langkah provokatif pertama oleh Israel. Sebelumnya, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, juga dibunuh di Teheran, ibu kota Iran, ketika ia menghadiri pemakaman Presiden Ebrahim Raisi. Sebelum itu, Israel menyerang misi diplomatik Iran di Damaskus, Suriah," kata Lavrov.
Lavrov berpendapat bahwa Israel sengaja ingin menciptakan alasan bagi Amerika Serikat untuk terlibat dalam perang ini. "Dalam situasi ini, kepemimpinan Iran bertindak sangat bertanggung jawab," ujarnya. "Saya yakin bahwa pertumpahan darah ini harus dihentikan segera."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu / TASS