> >

Profil Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Tewas Dibunuh saat Serangan Udara Israel

Kompas dunia | 29 September 2024, 05:00 WIB
Ali Khamenei bersama Hassan Nasrallah dan Qassem Soleimani, 25 September 2019. (Sumber: Khamenei Official)

BEIRUT, KOMPAS TV - Suasana sunyi menyelimuti pinggiran selatan Beirut setelah serangan udara besar-besaran Israel menghantam daerah itu.

Juru bicara tentara Israel, Daniel Hagari menjelaskan, serangan mereka menargetkan markas utama Hizbullah yang diklaim dibangun di bawah bangunan sipil.

Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, tewas dalam serangan udara besar di kawasan Haret Hreik, benteng utama Hizbullah di selatan Beirut itu.

Siapa sejatinya Hassan Nasrallah ini? Berikut profilnya seperti laporan Anadolu, Sabtu, 28 September 2024.

Baca Juga: Israel Sebut Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah Tewas dalam Serangan Udara di Beirut

Hassan Nasrallah lahir pada 31 Agustus 1960 di desa Bazouriyeh, dekat Tirus, Lebanon Selatan.

Ia menikah dengan Fatima Yassin dan memiliki lima anak.

Salah satu anaknya adalah Hadi yang tewas dalam bentrokan dengan tentara Israel pada 1997 di Lebanon Selatan.

Nasrallah sekolah agama di Sekolah Muslim Syiah di Lebanon, Irak, dan Iran.

Nasrallah bergabung dengan gerakan Amal saat masih di sekolah menengah dan naik menjadi anggota biro politik pada tahun 1979. 

Namun, pada 1982, Nasrallah meninggalkan Amal karena perbedaan pandangan terkait perlawanan terhadap invasi Israel di Lebanon dan bergabung dengan Hizbullah yang baru dibentuk.

Ia dipercaya untuk memobilisasi pejuang di Lembah Bekaa.

Pada tahun 1985, Nasrallah pindah ke Beirut dan jabatannya menanjak sebagai eksekutif utama yang bertanggung jawab melaksanakan keputusan Dewan Syura Hizbullah. 

Nasrallah menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah pada 16 Februari 1992, menggantikan Abbas al-Musawi yang tewas dalam serangan udara Israel. 

Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah meluncurkan serangan melawan Israel, yang berpuncak pada penarikan pasukan Israel dari Lebanon Selatan pada tahun 2000, dan mengakhiri pendudukan selama 22 tahun.

Baca Juga: Kemarahan Iran Atas Serangan Israel Ingin Bunuh Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah: Kelewat Batas!

Pada 2004, Nasrallah berperan penting dalam negosiasi pertukaran tahanan dengan Israel yang menghasilkan pembebasan ratusan tahanan Lebanon dan Arab.

Peran Nasrallah dalam mengusir Israel dari Lebanon Selatan memberinya gelar pemimpin perlawanan, terutama setelah konfrontasi dengan Israel selama Perang Lebanon 2006. 

Popularitas Nasrallah sempat menurun karena dukungan Hizbullah terhadap rezim Suriah selama perang saudara yang pecah pada 2011. 

Meskipun begitu, reputasinya kembali meningkat setelah operasi “Banjir Al-Aqsa” yang diluncurkan oleh faksi-faksi Palestina.

Termasuk Hamas dan Jihad Islam terhadap permukiman Israel di dekat Gaza pada 7 Oktober 2023.

Nasrallah mendeklarasikan pembukaan front di Lebanon selatan untuk mendukung perlawanan Palestina.

Ia bersumpah dalam beberapa pidato bahwa perjuangan ini akan berlanjut hingga perang di Gaza berakhir.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Deni-Muliya

Sumber : Anadolu


TERBARU