China Perintahkan Warganya Segera Tinggalkan Israel dan Lebanon di Tengah Eskalasi Konflik
Kompas dunia | 23 September 2024, 17:07 WIBBEIJING, KOMPAS TV - China memerintahkan warganya yang berada di Israel dan Lebanon untuk segera meninggalkan wilayah tersebut, seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.
"Untuk saat ini, situasi di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon sangat tegang, dengan sering terjadi konflik militer," kata Kedutaan Besar China di Israel dalam pernyataan resmi pada Minggu 22 September 2024.
"Kondisi keamanan di Israel tetap parah, kompleks, dan tidak dapat diprediksi," ujar pernyataan tersebut. Kedutaan itu meminta warga China di Israel untuk "kembali ke rumah atau pindah ke daerah yang lebih aman sesegera mungkin."
Warga China di Lebanon disarankan untuk menggunakan penerbangan komersial untuk kembali ke China atau segera meninggalkan Lebanon demi keselamatan mereka, seperti yang diungkapkan oleh Departemen Konsuler Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan yang diposting di platform media sosial WeChat hari Senin, 23 September 2024.
"Bagi yang perlu tetap tinggal di Lebanon, tetaplah waspada, perkuat langkah-langkah keamanan, dan hindari daerah berisiko tinggi serta sensitif di selatan," ungkap pernyataan tersebut.
Baca Juga: Israel Lancarkan Lebih dari 80 Serangan Udara Brutal di Lebanon Selatan dan Timur
Pada hari Minggu, Kedutaan Besar China di Israel juga memperingatkan warganya untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan, termasuk oleh rudal, roket, dan drone. Mereka disarankan untuk tidak melakukan perjalanan ke Israel dan memasuki daerah berisiko tinggi di bagian utara negara tersebut.
Israel dan Hizbullah mengancam untuk meningkatkan serangan lintas batas mereka pada 22 September, meskipun ada seruan internasional untuk kedua belah pihak meredakan ketegangan.
Serangan udara Israel di kawasan padat penduduk yang merupakan basis kuat Hizbullah di Beirut selatan pada 20 September mengakibatkan tewasnya komandan pasukan Radwan Hizbullah, Ibrahim Aqil.
Serangan tersebut terjadi setelah serangkaian ledakan perangkat komunikasi yang terkoordinasi pada 17 dan 18 September di seluruh Lebanon, yang menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000, dan dituduhkan kepada Israel.
China pada bulan Agustus juga telah meminta warganya di Lebanon untuk meninggalkan negara itu setelah serangan Israel yang menewaskan seorang pemimpin militan Palestina.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press / FMPRC