> >

Konflik Timur Tengah Memanas usai Ledakan Pager Massal, AS Makin Pasif, Khawatir Perburuk Situasi

Kompas dunia | 22 September 2024, 04:25 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken menghadiri konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty di Istana Tahrir di Kairo, Mesir, Rabu, 18 September 2024. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Pemerintahan Joe Biden mengambil pendekatan lebih pasif dari biasanya dalam pekan eskalasi dramatis antara Israel dan pejuang Hizbullah di Lebanon, dengan para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) menahan diri dari diplomasi krisis penuh karena khawatir memperburuk situasi.

Langkah pasif ini terjadi setelah rangkaian ledakan yang menghantam alat komunikasi Hizbullah dan serangan udara Israel yang menargetkan seorang petinggi Hizbullah di Beirut. Ini berpotensi memicu perang besar-besaran antara Israel dan musuh-musuhnya di Timur Tengah serta menggagalkan negosiasi gencatan senjata yang sudah goyah terkait konflik Hamas di Gaza.

Eskalasi di Lebanon terjadi meskipun dua pejabat Biden berada di wilayah itu minggu ini untuk menyerukan perdamaian. Hal ini semakin memperkuat kesan bahwa pemerintahan sayap kanan ekstrem Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu semakin cuek mengabaikan upaya mediasi dari sekutunya yang paling penting, AS, meskipun sangat bergantung pada dukungan senjata dan militer dari Washington.

“Amerika Serikat tampak seperti rusa yang terjebak dalam sorotan lampu saat ini,” kata Brian Katulis, rekan senior di lembaga Middle East Institute di Washington. “Dalam hal kata-kata, tindakan, dan perbuatan, mereka tidak mengendalikan situasi, hanya bereaksi terhadap kejadian.”

Tidak ada kontak publik antara AS dan Netanyahu sejak kunjungan pejabat senior Gedung Putih, Amos Hochstein, ke Israel pada hari Senin untuk memperingatkan agar tidak ada eskalasi. Gelombang pertama ledakan alat komunikasi – yang secara luas dikaitkan dengan Israel, meskipun mereka tidak mengakuinya – terjadi keesokan harinya.

Negosiasi gencatan senjata Gaza juga berada di titik yang sangat rapuh sehingga Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hanya mengunjungi Mesir dalam kunjungannya ke wilayah itu minggu ini. Ia menghindari Israel karena kekhawatiran bahwa Netanyahu mungkin membuat pernyataan yang merusak upaya mediasi yang dipimpin AS, menurut para pejabat AS.

Baca Juga: Respons Menyeramkan Iran ke Israel atas Ledakan Alat Komunikasi di Lebanon Tewaskan Puluhan Orang

Polisi memeriksa mobil yang di dalamnya terdapat pager genggam yang meledak, Beirut, Lebanon, Selasa, 17 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Ketika ditanya apakah AS masih berharap adanya kesepakatan gencatan senjata di Gaza, yang disebut pemerintah Biden sebagai kunci untuk meredakan konflik di kawasan, Presiden Joe Biden  hari Jumat mengatakan mereka masih berusaha keras.

"Kalau saya bilang itu tidak realistis, maka lebih baik kita pulang saja," kata Biden kepada wartawan. "Banyak hal yang tidak terlihat realistis sampai kita menyelesaikannya. Kita harus terus berupaya."

Namun, Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS menolak memberikan komentar publik terkait ledakan alat komunikasi Hizbullah yang menewaskan setidaknya 37 orang dan melukai ribuan lainnya, termasuk warga sipil. Serangan itu diyakini sebagai operasi intelijen Israel yang sangat canggih.

Mereka juga tidak memberikan penilaian atas serangan udara pada hari Jumat di bagian padat penduduk Beirut, yang merupakan serangan paling mematikan di ibu kota Lebanon dalam beberapa tahun terakhir, yang menewaskan seorang komandan Hizbullah dan 14 lainnya menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Militer Israel menyebut 10 pejuang lainnya juga tewas.

Netanyahu dan Hamas kerap menanggapi pendekatan diplomatik langsung dari AS dengan retorika yang membara atau serangan mendadak yang menurut AS menghambat upaya gencatan senjata.

Blinken menyinggung ledakan alat komunikasi Hizbullah sebagai contoh terbaru dari hal itu. “Ketika mediator tampaknya membuat kemajuan dalam kesepakatan Gaza, sering kali ada 'insiden', sesuatu yang memperumit proses, yang mengancam memperlambat, menghentikan, atau menggagalkannya,” kata Blinken di Mesir, menanggapi pertanyaan wartawan tentang serangan tersebut.

Masih mungkin ada kontak tingkat tinggi dengan Netanyahu saat ia berkunjung ke New York minggu depan untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB, kata para pejabat AS. Namun mereka juga mengakui bahwa situasi menjadi begitu genting sehingga mengambil sikap publik baik mendukung atau mengkritik Israel bisa lebih merugikan daripada menguntungkan.

Baca Juga: Media Ungkap Koordinasi antara Israel dan AS jelang Serangan Pager di Lebanon

Potongan rekaman video ini menunjukkan walkie-talkie yang meledak di dalam sebuah rumah di Baalbek, Lebanon timur, Rabu, 18 September 2024. (Sumber: AP Photo )

Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, menghindari pertanyaan tentang apakah kunjungan berulang kali pejabat pemerintahan Biden ke Timur Tengah tanpa membawa hasil gencatan senjata telah membuat Blinken dan pejabat lainnya tampak tidak efektif di mata negara-negara kawasan.

“Sejauh ini, kami berhasil mencegah situasi berubah menjadi perang regional besar-besaran,” kata Miller. Ia mengeklaim keberhasilan itu karena pesan-pesan diplomatik AS yang disampaikan melalui mediator ke Iran, sekutu milisi di kawasan, dan ke Israel.

Pemerintahan Biden juga menyoroti bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah berkomunikasi dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Namun, posisi Gallant dikabarkan dalam bahaya.

Kritikus menuduh pemerintah AS mendorong kesepakatan Gaza yang berulang kali gagal mendapatkan persetujuan dari pihak yang bertikai dan terus terhimpit oleh eskalasi konflik. Pemerintah dinilai bisa lebih giat secara diplomatik, termasuk dengan bekerja lebih keras untuk menggalang dukungan negara-negara Timur Tengah agar memperkuat tekanan pada Israel, Iran, dan proksi-proksinya untuk menghentikan pertempuran, kata Katulis dari Middle East Institute.

Namun, pejabat AS menolak anggapan bahwa mereka telah menyerah pada upaya gencatan senjata Gaza atau mencegah konflik meluas menjadi perang di Lebanon.

“Kami yang pertama mengakui... bahwa kami tidak lebih dekat mencapai kesepakatan daripada minggu lalu,” kata juru bicara keamanan nasional AS, John Kirby, Jumat.

"Tapi tidak ada yang menyerah," tegas Kirby, sambil menekankan bahwa AS bekerja sama dengan mediator lain seperti Qatar dan Mesir untuk merumuskan proposal akhir Gaza yang akan disampaikan ke Israel dan Hamas. "Kami masih terus berusaha. Kami masih terus mendorongnya."

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU