Uni Eropa Janji Pinjamkan Ukraina hingga Rp 590 Triliun untuk Bangun Kembali Ekonomi dan Listrik
Kompas dunia | 21 September 2024, 14:05 WIBKIEV, KOMPAS TV — Uni Eropa berjanji meminjamkan Ukraina hingga 35 miliar euro (sekitar Rp 590 triliun) sebagai bagian dari paket pinjaman yang disiapkan oleh negara-negara G7, untuk membantu negara ini membangun kembali ekonominya dan jaringan listrik yang hancur akibat perang.
Para pemimpin G7 sepakat pada bulan Juni untuk merancang pinjaman sebesar $50 miliar (sekitar Rp 830 triliun) untuk mendukung Ukraina dalam perjuangannya.
Bunga aset bank sentral Rusia yang dibekukan akan digunakan sebagai jaminan, tetapi proses distribusi pinjaman ini berjalan lambat.
"Kita harus membuat Rusia membayar untuk kerusakan yang ditimbulkannya," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada konferensi pers di Kiev bersama Presiden Volodymyr Zelenskyy, Jumat (20/9/2024).
Von der Leyen menyebutkan bahwa UE telah memberikan lebih dari 118 miliar euro (setara dengan Rp 2.000 triliun) dalam bentuk bantuan militer dan ekonomi kepada Ukraina sejak perang dimulai pada Februari 2022, tetapi serangan Rusia yang terus-menerus membuat dukungan lebih lanjut menjadi perlu.
"Dana ini akan langsung mengalir ke anggaran nasional Anda. Ini akan meningkatkan stabilitas makro-keuangan Ukraina dan memberi Anda ruang fiskal yang sangat dibutuhkan. Anda akan memutuskan bagaimana menggunakan dana ini dengan cara yang paling baik," ujarnya.
Pinjaman ini akan didukung oleh keuntungan dari hampir $300 miliar (sekitar Rp 4.980 triliun) aset Rusia yang dibekukan selama invasi skala penuh ke Ukraina. Sebagian besar uang itu disimpan di negara-negara Uni Eropa, khususnya Belgia.
Baca Juga: Zelenskyy Percaya Diri, Klaim Rencana Ukraina Menang Perang atas Rusia Sudah 90 Persen Beres
Von der Leyen menyatakan keyakinan bahwa Uni Eropa dapat segera memberikan pinjaman ini kepada Ukraina.
Blok 27 negara ini berharap negara-negara G7 lainnya akan mengikuti jejak mereka dan mulai memberikan pinjaman juga.
Zelenskyy mengungkapkan bahwa prioritasnya adalah membangun kembali jaringan energi Ukraina, mendirikan lebih banyak tempat perlindungan, memperbaiki sekolah, dan membeli lebih banyak senjata serta amunisi.
Von der Leyen tiba di Ukraina dengan fokus pada pemulihan dan rekoneksi jaringan listrik menjelang musim dingin.
Sekitar separuh infrastruktur energi Ukraina telah hancur selama perang dengan Rusia, dan pemadaman listrik bergulir meninggalkan beberapa wilayah timur dalam kegelapan selama empat jam. Von der Leyen menyatakan bahwa ini setara dengan seluruh Latvia, Lithuania, dan Estonia kehilangan listrik.
"Musim pemanasan dimulai dalam dua minggu, dan serangan Rusia yang terus-menerus terhadap infrastruktur energi sipil Ukraina bertujuan untuk menyebabkan kerusakan maksimal," kata von der Leyen. "Kami akan membantu Ukraina dalam upayanya yang berani untuk mengatasi ini."
Tujuan utama adalah membantu Ukraina mendesentralisasikan jaringan listriknya, agar kurang bergantung pada pembangkit listrik besar yang menjadi target lebih mudah bagi angkatan bersenjata Rusia.
Baca Juga: Rusia Pulangkan Puluhan Warga India yang Ditipu Ikut Perang di Ukraina, Masih Banyak yang Tertahan
Sekitar 260 rudal diluncurkan dalam serangan besar terhadap infrastruktur energi akhir bulan lalu.
Eropa telah mengirimkan lebih dari 10.000 generator dan transformator, serta menyediakan turbin gas kecil dan lebih mobile. Jenis peralatan penyedia listrik ini lebih sulit untuk dihancurkan dan lebih mudah diperbaiki.
Musim dingin Ukraina berlangsung dari akhir Oktober hingga Maret, dengan Januari dan Februari menjadi bulan yang paling sulit. Eropa berharap dapat membantu menyediakan sekitar 25% dari 17 gigawatt daya yang kemungkinan dibutuhkan negara ini musim dingin ini.
Salah satu tujuan bantuan Uni Eropa adalah memberikan insentif bagi orang-orang untuk tetap di Ukraina. Sekitar 4 juta orang telah melarikan diri sejak perang dimulai pada 24 Februari 2022, seringkali ke Polandia dan negara tetangga lainnya.
Uni Eropa memberikan bantuan, seperti bantuan sementara untuk menemukan tempat tinggal, pekerjaan, atau pendidikan. Namun, baru-baru ini jumlah orang yang meninggalkan Ukraina meningkat. Komisi Eropa memperkirakan bahwa 10.000 orang lebih mengajukan permohonan bantuan setiap minggu.
Jika arus keluar ini terus berlanjut, hal ini dapat melemahkan dukungan Eropa untuk Ukraina. Pada hari Kamis, komisi mengumumkan bahwa mereka akan menyediakan tambahan 160 juta euro (sekitar Rp 2,8 triliun) untuk memperkuat jaringan energi Ukraina. Dari jumlah tersebut, 100 juta euro (sekitar Rp 1,7 triliun) berasal dari keuntungan yang diperoleh dari aset Rusia yang dibekukan.
Denmark juga memimpin upaya menggunakan uang ini untuk memesan senjata dan peralatan militer secara langsung dari industri pertahanan Ukraina.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press