Lagu yang Puji Kim Jong-un Ternyata Bikin Warga Korea Utara Muak, Mulai Tak Dipedulikan
Kompas dunia | 21 September 2024, 13:15 WIBRYANGGANG, KOMPAS.TV - Warga Korea Utara tenyata semakin muak dengan lagu yang memuji pemimpinnya Kim Jong-un.
Lagu propaganda “Ayah yang Ramah”, sebuah lagu ceria yang memuji Kim Jong-un telah menyelimuti negara itu selama berbulan-bulan.
Orang-orang dipaksa menyanyikan laga itu di setiap acara penting dan mobil dengan pengeras suara berkeliling kota memainkannya.
Baca Juga: Penghina Nabi Muhammad di Pakistan Ditembak Mati Polisi, yang Kedua dalam Sepekan
Hal tersebut diungkapkan oleh sumber dari Provinsi Ryanggang yang meminta anonimitas untuk keselamatan.
Warga Ryanggang itu mengatakan ia mendengarkan lagu tersebut setiap hari sejak diluncurkan pada April.
Namun, selama tiga hari di awal Mei, lagu itu tak dimainkan karena kematian seorang pejabat tinggi.
“Setiap pabrik, sekolah, unit usaha dan unit pengawas lingkungan di provinsi tersebut memaksa anak-anak dan orang dewasa menyanyikan lagu itu setiap ada kesempatan,” kata sumber itu dikutip dari Radio Free Asia, Jumat (20/9/2024).
Perintah untuk mempromosikan dan mempopulerkan lagu itu datang dari pusat Partai Buruh Korea, yang merupakan partai penguasa di negara itu.
Kemuakkan itu sampai pada poin di mana orang-orang secara aktif menghindari tempat di mana lagu itu dimainkan di depan umum.
Contohnya, di Kota Hyesan, yang berbatasan dengan China, ada taman di mana para pensiunan menghabiskan waktu mereka, berbicara, bernyanyi, menari, bermain dan latihan.
Tetapi ketika pihak taman mematikan lagu mereka, dan mulai memainkan “Ayah yang Ramah”. Para pensiunan ini memutuskan pulang ke rumahnya.
“Manajer (taman) memaksa mereka menghentikan dansa atau lagu folk, namun untuk berdansa yang memuji sang marsekal,” kata sumber itu, yang merujuk pada jabatan militer Kim Jong-un.
“Para orang tua berhenti menari, dan mulai pulang ke rumah. Lagu itu dimainkan di taman yang sepi, di mana semua orang pergi satu per satu, hingga kemudian menjadi kosong," katanya.
Ia mengatakan, taman yang biasanya digunakan orang tua berkegiatan dari pagi hingga malam, kini nyaris kosong setiap harinya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Tolak Seruan Hidup Berdampingan dengan Rezim Kim Jong-Un
Masalah lainnya dengan lagu tersebut berasal dari budaya Konfusianisme Korea.
Seringkali orang asing diharapkan memberi rasa hormat tertentu kepada orang yang lebih tua, dengan janji mereka akan menerima rasa hormat yang sama dari orang yang lebih muda ketika mereka mencapai usia senja.
Namun, lansia berusia 70 hingga 80 tahun terpaksa menyebut Kim Jong-un, yang baru berusia 40-an, dan seumuran dengan putra mereka sebagai “Ayah yang Ramah”, menjadi kendala tersendiri.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Radio Free Asia