Ketika Palestina dan Israel Berdamai Lewat Jabat Tangan Bersejarah...
Kompas dunia | 13 September 2024, 06:35 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV – Hari ini tepat 31 tahun silam, Palestina dan Israel berdamai. Kesepakatan damai itu ditandai lewat jabat tangan Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin, dengan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina Yasser Arafat di halaman Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat (AS) pada 13 September 1993.
Jabat tangan pertama di muka publik antara dua musuh bebuyutan itu disaksikan oleh Presiden AS Bill Clinton.
Presiden Bill Clinton memperkenalkan dua pemimpin negara itu pada kerumunan tetamu undangan di depan Gedung Putih. Berdiri di sisinya, mantan Presiden AS Jimmy Carter dan George Bush yang saat mereka menjabat, getol menggaungkan perdamaian.
“Perdamaian para pemberani sudah dekat. Seantero Timur Tengah sudah merindu keajaiban kehidupan normal yang tenang,” ujar Clinton saat itu.
“Kita tahu jalan sulit yang mengadang. Tiap perdamaian punya rintangannya masing-masing.”
Baca Juga: Yasser Arafat, Simbol Perjuangan Rakyat Palestina yang Kematiannya Disebut Diracun
Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat tidak meneken sendiri deklarasi itu. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Shimon Peres, dan koleganya dari Palestina, yang menandatangani.
“Kami yang telah berperang melawan kalian rakyat Palestina, kami nyatakan pada kalian hari ini dengan suara lantang dan jelas, ‘cukup sudah darah dan air mata, cukup’,” kata Yitzhak Rabin.
“Keputusan sulit yang kami ambil bersama adalah keputusan yang butuh keberanian amat besar,” sahut Yasser Arafat.
Jabat tangan bersejarah antara Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat itu menandai penandatanganan deklarasi prinsip sementara untuk perdamaian antara negara-negara Arab dan Israel, yang kemudian dikenal sebagai Kesepakatan atau Perjanjian Oslo I.
Baca Juga: Kisah Kematian Yasser Arafat: Misteri Racun Polonium dan Tudingan Israel Tersangka Tunggal
Dalam kesepakatan itu, Israel setuju untuk menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza dan Tepi Barat hingga April 1994. Pemilihan umum akan digelar di wilayah-wilayah itu agar rakyat Palestina dapat membentuk pemerintahannya sendiri. Deadline kesepakatan itu disetel hingga Februari 1999.
Perjanjian itu jadi jalan penarikan mundur tentara Israel yang pertama dari wilayah yang diduduki. Pun, kemenangan Yasser Arafat kembali ke wilayah Palestina pada Juli 1994.
Arafat kemudian terpilih sebagai Presiden Otoritas Nasional Palestina pada 1996.
Yitzhak Rabin kemudian dibunuh oleh ekstremis Yahudi untuk mencegah penarikan mundur tentara Israel lebih lanjut pada 4 November 1996.
Benjamin Netanyahu dari Partai Likud kemudian memenangkan pemilu Israel pada 1996. Ia menyetujui penarikan mundur tentara Israel dari Hebron di Tepi Barat. Namun, perundingan perdamaian dengan Palestina kemudian mandek.
Konflik Israel-Palestina pun terus berlanjut berdekade lamanya. Teranyar, serangan kelompok militan Hamas menembus perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023 memicu aksi genosida Israel yang pula menyasar warga sipil Palestina. Hingga 11 bulan perang berlangsung, 41 ribu korban jiwa telah melayang.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC/Associated Press/Reader's Digest