Warga Timor Leste Digusur Jelang Kunjungan Paus Fransiskus ke Dili
Kompas dunia | 31 Agustus 2024, 04:05 WIBDILI, KOMPAS.TV - Sejumlah keluarga di kawasan Tasitolu, dekat Dili, ibu kota Timor-Leste, harus menghadapi kenyataan pahit menjelang kunjungan Paus Fransiskus pada September mendatang.
Sekitar 90 orang diminta oleh pemerintah untuk meninggalkan tempat tinggal mereka yang akan digunakan untuk misa sebelum sang Paus tiba.
Diperkirakan sekitar 700.000 orang akan menghadiri misa terbuka Paus Fransiskus di Tasitolu, di mana area seluas 23 hektar - setara dengan sekitar 40 lapangan sepak bola - sedang dipersiapkan.
Meski demikian, pemerintah membantah bahwa penggusuran ini terkait dengan persiapan kunjungan Paus, dan menegaskan bahwa para warga menempati lahan tersebut secara ilegal.
"Kami sangat sedih," kata Zerita Correia, seorang warga setempat, dikutip dari BBC News, Jumat (30/8/2024).
"Mereka bahkan merusak barang-barang kami di dalam rumah. Sekarang kami harus menyewa tempat tinggal di sekitar sini karena anak-anak saya masih bersekolah di daerah ini," tambahnya.
Pemerintah Timor-Leste menyatakan bahwa kawasan Tasitolu telah lama direncanakan untuk dikosongkan.
Menurut Germano Santa Brites Dias, Sekretaris Negara untuk Toponimi dan Organisasi Perkotaan, warga sudah diberitahu mengenai rencana ini sejak September 2023.
"Sudah waktunya negara mengambil kembali haknya," katanya. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah telah berusaha berbicara baik-baik dengan warga.
Namun, kompensasi yang diberikan kepada warga, yaitu antara 7.000 hingga 10.000 dolar AS atau sekitar Rp100 juta - Rp150 juta per keluarga, dianggap tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
"Jumlah itu tidak cukup bagi setiap rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya," kata Venancio Ximenes, juru bicara warga yang digusur.
"Fase penggusuran berikutnya akan terjadi setelah Paus Fransiskus pergi dan itu akan melibatkan lebih dari 1.300 keluarga," tambahnya.
Baca Juga: Paus Fransiskus, Pionir Era Baru Gereja Katolik
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : BBC News/Associated Press