> >

Inggris Larang Warganya Pulang dari Thailand Bawa Ganja, Tahun Ini Sudah 15 Ton Disita di Bandara

Kompas dunia | 30 Agustus 2024, 00:00 WIB
Sebuah penelitian dari Universitas Lausanne di Swiss menemukan, Ganja pertama kali dibudidayakan sekitar 12.000 tahun yang lalu di China. (Sumber: France24 via AFP)

BANGKOK, KOMPAS.TV – Inggris kini tengah menghadapi masalah serius dengan penyelundupan ganja dari Thailand. 

Sejak Thailand mengubah hukum pada 2022 dan melegalkan ganja, bandara-bandara Inggris mengalami lonjakan penangkapan kasus penyelundupan ganja, yang masih dilarang di Inggris hingga saat ini. 

Kini, pihak berwenang Inggris meminta para wisatawan untuk tidak membawa pulang ganja dari Thailand.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah pada 28 Agustus di media sosial, Kedutaan Besar Inggris di Bangkok menegaskan, Badan Kejahatan Nasional Inggris (NCA) sedang intensif memantau penyelundupan ganja.

"NCA sangat waspada terhadap upaya penyelundupan ganja ke Inggris," tulis kedutaan di akun X dan Facebook mereka. 

"Inggris bekerja sama dengan mitra internasional untuk mengatasi penyelundupan produk ilegal dan akan memastikan pelakunya mendapat hukuman yang setimpal."

Menurut laporan NCA, mereka telah menyita 15 ton ganja dan menangkap 378 orang sejak awal 2024. 

Dari jumlah itu, setengahnya adalah ganja asal Thailand. Meski di Thailand ganja kini mudah didapat di berbagai toko dan restoran, situasi ini justru menarik perhatian para penyelundup yang menganggap Inggris sebagai pasar potensial.

Baca Juga: Penggunaan Ganja Hanya Diizinkan untuk Medis, Aktivis Pro-Kanabis di Thailand Turun ke Jalan

Crazy Happy Pizza, pizza bercita rasa unik dengan sehelai daun ganja goreng di atasnya. (Sumber: AP Photo/Sakchai Lalit)

Ganja tetap ilegal di Inggris, dengan hukuman maksimal 14 tahun penjara bagi pelanggar.

Baru-baru ini, 11 orang ditangkap di Bandara Birmingham setelah 510 kg ganja ditemukan dalam 28 koper. 

Sejak awal tahun ini, NCA menangkap 184 orang terkait ganja dari Thailand, sementara 75 orang dari Kanada dan 47 orang dari Amerika Serikat juga ditangkap.

Thailand, negara pertama di Asia yang melegalkan penggunaan ganja untuk konsumsi makanan dan minuman, berharap dapat memanfaatkan legalisasi ini untuk meningkatkan sektor pertanian dan pariwisata. Meskipun demikian, merokok ganja tetap dilarang. 

Penjual minuman dan makanan berbasis ganja kini menjamur, seperti yang diakui Chokwan Kitty Chopaka, pemilik toko permen karet ganja, yang merasa reformasi ini sangat diperlukan setelah dampak pandemi Covid-19.

Pemerintah Thailand juga sedang melaksanakan program distribusi satu juta bibit tanaman ganja kepada petani sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan produksi. 

Namun, mereka tetap membatasi kekuatan produk ganja untuk mencegah penyalahgunaan secara besar-besaran.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Straits Times


TERBARU