Taliban Larang Perempuan Afghanistan Membaca dan Bernyanyi di Ruang Publik, Ada Apa?
Kompas dunia | 24 Agustus 2024, 17:45 WIBDengan disahkannya peraturan ini, pemerintah Taliban semakin memperkuat cengkeramannya dalam mengatur perilaku warga Afghanistan.
Peraturan ini juga memberi wewenang lebih besar kepada pihak berwenang untuk melakukan penangkapan dan pemberian hukuman sesuai dengan yang mereka anggap perlu.
Selain pembatasan terhadap perempuan, undang-undang ini juga melarang penerbitan gambar makhluk hidup, pemutaran musik, dan transportasi bagi perempuan yang bepergian sendirian.
Bulan lalu, sebuah laporan PBB menyebut bahwa kementerian ini berkontribusi terhadap terciptanya iklim ketakutan dan intimidasi di kalangan warga Afghanistan meski Taliban membantah hal tersebut.
"Melihat berbagai masalah yang diuraikan dalam laporan tersebut, posisi yang diambil oleh otoritas de facto bahwa pengawasan ini akan semakin diperketat dan diperluas menimbulkan kekhawatiran serius bagi semua warga Afghanistan, terutama perempuan dan anak-anak perempuan," kata Fiona Frazer, Kepala Layanan Hak Asasi Manusia di Misi PBB di Afghanistan.
Ironisnya, di tengah penerapan peraturan baru yang mengekang kebebasan, Taliban juga berupaya menarik wisatawan ke Afghanistan.
Mereka telah membentuk departemen baru di bawah kementerian untuk melayani turis dan melatih siswa di industri pariwisata serta manajemen perhotelan.
Sejak Agustus 2021, lebih dari 10.179 turis dilaporkan telah mengunjungi negara tersebut.
Ehsan Barakzai, pendiri perusahaan tur Destination Afghanistan, mengatakan, "Gerbang menuju Afghanistan baru saja terbuka, jadi semua orang datang."
Juru bicara Kementerian Kebudayaan menambahkan bahwa pertumbuhan industri pariwisata memiliki dampak positif terhadap perekonomian negara.
Namun, di balik upaya memajukan sektor pariwisata, kebijakan baru ini mencerminkan semakin tertutupnya ruang bagi kebebasan dan hak asasi perempuan di Afghanistan di bawah rezim Taliban.
Baca Juga: Taliban Halangi 1,4 Juta Anak Perempuan Afghanistan Bersekolah, UNESCO: Ini Disengaja
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Gading-Persada
Sumber : Metro.co.uk