Perebutan Kekuasaan dalam Tubuh Kartel Sinaloa Makin Berdarah usai Penangkapan Dua Bosnya
Kompas dunia | 22 Agustus 2024, 04:25 WIBMEXICO CITY, KOMPAS.TV - Konflik internal kartel narkoba Sinaloa di Meksiko semakin berdarah dan memanas setelah penangkapan dua pemimpinnya oleh otoritas Amerika Serikat (AS) pada akhir Juli lalu.
Pembunuhan sekitar selusin orang di Sinaloa, negara bagian di Meksiko, diduga kuat terkait perebutan kekuasaan dalam kartel Sinaloa, yang dipicu oleh penahanan dua tokoh utamanya pada 25 Juli lalu.
Salah satu pemimpin faksi Chapito, kelompok yang dipimpin oleh anak-anak Joaquin "El Chapo" Guzmán, Joaquín Guzmán López, secara mengejutkan menyerahkan diri kepada otoritas AS bulan lalu.
Namun, yang lebih mengejutkan, ia diduga juga menculik Ismael "El Mayo" Zambada, pemimpin faksi rival, dan menyeretnya dalam penerbangan yang sama ke El Paso, Texas, untuk diserahkan kepada pihak berwenang.
Di tengah kekacauan ini, otoritas Meksiko tampak terjepit. Mereka tidak terlibat dalam penangkapan tersebut dan tampaknya enggan memanfaatkan situasi ini untuk menindak kartel Sinaloa yang mulai terpecah.
Saat ini, yang diperebutkan adalah posisi yang akan memimpin faksi Zambada setelah ia ditahan di AS.
Baca Juga: Meksiko Kirim Pasukan Khusus ke Sinaloa usai Penangkapan Bos Kartel Narkoba di AS
Gubernur Sinaloa, Rubén Rocha, Senin (19/8/2024), mengakui pembunuhan yang terjadi pada Jumat (16/8) dan Sabtu (17/8) lalu terkait dengan konflik internal kartel tersebut.
"Ini jelas terkait dengan kartel narkoba, dan bisa dikaitkan dengan situasi setelah penangkapan 25 Juli," kata Rocha.
"Yang saya inginkan adalah perdamaian, dan saya harus memintanya dari siapa pun, termasuk mereka yang berbuat kekerasan."
Pernyataan Rocha sejalan dengan komentar Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador yang juga mengakui bahwa dua pembunuhan lainnya terkait dengan konflik internal.
"Kami tidak ingin situasi di Sinaloa semakin memburuk," ujar López Obrador.
"Meski ada kekerasan, selama ini tidak ada konfrontasi langsung antarkelompok."
Namun, analis keamanan Meksiko, David Saucedo, berpendapat otoritas cenderung menghindar karena Zambada punya informasi rahasia yang bisa membahayakan pejabat-pejabat korup.
Zambada sudah menunjukkan bahwa dirinya siap menggunakan informasi tersebut sebagai senjata.
Baca Juga: Mengenal El Mayo Zambada, Bos Asli Kartel Narkoba Sinaloa yang Puluhan Tahun Lolos dari Kejaran AS
Dalam sebuah surat dari penjara, Zambada memberikan keterangan menurut versinya tentang pembunuhan Hector Cuén, rival politik Gubernur Rocha, yang terjadi pada hari yang sama dengan penculikan dirinya.
Zambada menuduh faksi Chapitos sebagai dalang di balik pembunuhan itu.
Rocha dan jaksa negara bagian sempat mengeklaim Cuén tewas dalam perampokan acak di pom bensin. Tetapi jaksa federal kemudian mengungkapkan keterangan Rocha tidak masuk akal.
Menurut Saucedo, strategi media yang dijalankan Zambada bertujuan untuk memastikan transisi kepemimpinan yang lancar dalam organisasinya.
Dengan "bom opini publik" ini, Zambada berusaha memastikan otoritas federal tidak ikut campur dalam suksesi kepemimpinan di kartelnya.
Namun, strategi ini tampaknya menghadapi tantangan. Dua dari korban pembunuhan pekan lalu, yang disiksa, ditembak, dan ditemukan dengan kepala dibalut lakban, merupakan orang dekat Zambada.
Selain itu, sulit untuk memastikan tindakan kekerasan mana yang dilakukan oleh faksi kartel mana, dan mengapa.
Misalnya, beberapa hari setelah penangkapan pada 25 Juli, sebuah makam keluarga penting kartel Sinaloa di Culiacán dihancurkan dengan cara yang sangat terorganisasi, dengan menggunakan buldoser dan ekskavator.
Kedua jenazah yang ada di makam tersebut dicuri, dan keluarga ini sebelumnya memiliki sejarah konflik dengan faksi Chapitos dan Zambada.
Konflik ini menunjukkan Kartel Sinaloa bukanlah organisasi yang solid dengan satu pemimpin tunggal, melainkan aliansi longgar dari klan-klan penyelundup narkoba yang selalu bersaing, bahkan setelah kematian.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press