> >

Indonesia dan Australia Rampungkan Negosiasi Perjanjian Pertahanan

Kompas dunia | 21 Agustus 2024, 04:45 WIB
Menteri Pertahanan dan Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto (kiri) dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berjabat tangan di Gedung Parlemen Australia di Canberra, Selasa (20/8/2024). (Sumber: AP Photo)

 

MELBOURNE, KOMPAS.TV - Indonesia dan Australia, Selasa (20/8/2024), merampungkan negosiasi perjanjian pertahanan bilateral baru yang memungkinkan militer kedua negara untuk beroperasi di wilayah satu sama lain.

Kesepakatan ini dicapai setelah presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan, bertemu pejabat Australia di Parlemen Australia pada Selasa.

Pakta ini akan ditandatangani dalam beberapa hari ke depan, ketika Menteri Pertahanan Australia mengunjungi Jakarta.

Kesepakatan bilateral ini bermakna penting bagi Australia di tengah ketegangan dengan China.

Marles mengatakan keberhasilan menyelesaikan negosiasi yang sudah berlangsung selama dua tahun adalah pencapaian yang signifikan bagi keamanan nasional kedua negara.

"Apa yang dilakukan perjanjian ini adalah memberikan interoperabilitas yang jauh lebih besar antara angkatan bersenjata kita, menyediakan lebih banyak latihan bersama, melihat kita bekerja sama dalam menjaga kepentingan bersama di kawasan global, serta memungkinkan kita untuk beroperasi dari negara masing-masing," ujar Marles kepada wartawan, dikutip dari Associated Press.

"Dalam pengertian tersebut, perjanjian ini akan menjadi yang terdalam dan paling signifikan yang pernah dibuat oleh kedua negara kita," tambah Marles.

Baca Juga: Bertemu Prabowo di Canberra, PM Australia Albanese Sebut akan Hadiri Pelantikan Presiden RI Terpilih

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dalam pertemuan Australia dan Korea Selatan di Melbourne, Australia, pada 1 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

 

Dilansir Associated Press, Prabowo menyebut perjanjian ini sebagai "penyelesaian beberapa detail legalistik" dan mengatakan perjanjian ini merupakan "kemajuan besar" dalam kerja sama pertahanan kedua negara.

Euan Graham, analis di wadah pemikir Australian Strategic Policy Institute, meragukan nilai strategis pakta ini bagi Australia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU