Israel Setuju Rencana Akhiri Kebuntuan Gencatan Senjata, Blinken Desak Hamas untuk Sepakat
Kompas dunia | 20 Agustus 2024, 09:00 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui sebuah rencana untuk menjembatani perbedaan yang menghambat tercapainya gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Senin (19/8/2024), pun mendesak Hamas untuk mengambil langkah serupa agar upaya mencapai kesepakatan ini dapat terealisasi.
Hal itu disampaikan Blinken usai bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama 2,5 jam di Tel Aviv.
Pertemuan tersebut merupakan bagian dari upaya diplomasi intensif yang telah berlangsung berbulan-bulan guna mengakhiri konflik di Gaza yang pecah pada 7 Oktober lalu.
"Saya mengadakan pertemuan yang sangat konstruktif dengan Perdana Menteri Netanyahu hari ini. Beliau mengonfirmasi bahwa Israel mendukung proposal jembatan ini," kata Blinken kepada para wartawan dikutip dari The Associated Press.
Blinken sendiri tidak menjelaskan isi proposal tersebut. Namun ia mendesak agar Hamas untuk juga ikut menyetujuinya.
"Langkah penting berikutnya adalah agar Hamas mengatakan 'ya'," tutur Blinken.
Meskipun demikian, Blinken menegaskan bahwa meskipun Hamas menerima proposal tersebut, para negosiator masih harus bekerja keras dalam beberapa hari mendatang untuk mencapai kesepahaman yang jelas tentang pelaksanaan kesepakatan.
Menurutnya, masih ada isu-isu kompleks yang memerlukan keputusan sulit dari para pemimpin.
Di pihak lain, Hamas menyatakan kekecewaannya terhadap peran AS sebagai mediator.
Baca Juga: Lebih dari 16.400 Anak Dibantai dalam Serangan Genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober
Hamas menuduh Washington lebih berpihak pada Israel dengan membuat tuntutan baru yang tidak dapat diterima oleh mereka.
Hingga saat ini, belum ada kepastian apakah proposal tersebut mencakup tuntutan Israel untuk mengontrol dua koridor strategis di Gaza—sebuah tuntutan yang sebelumnya ditolak keras oleh Hamas.
Pertemuan antara Blinken dan Netanyahu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas di kawasan.
Diplomat dari berbagai negara berharap kesepakatan gencatan senjata ini dapat mencegah Iran dan Hizbullah dari Lebanon untuk membalas dendam atas tewasnya dua tokoh yang diduga dibunuh oleh Israel.
Netanyahu menyebut pertemuannya dengan Blinken sebagai pertemuan yang baik dan penting.
Ia juga menyatakan apresiasi atas "pemahaman yang ditunjukkan Amerika Serikat terhadap kepentingan keamanan vital Israel" serta upaya bersama untuk membebaskan sandera.
Blinken yang melakukan misi kesembilan ke Timur Tengah sejak konflik ini dimulai, menegaskan bahwa saat ini adalah "momen yang menentukan" dan mungkin "kesempatan terakhir" untuk membebaskan sandera serta mengamankan gencatan senjata.
Sementara itu, protes terus berlanjut di Tel Aviv. Puluhan warga Israel berkumpul di luar hotel tempat Blinken menginap, membawa foto-foto sandera dan menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan.
Yehuda Cohen, ayah dari seorang sandera berusia 20 tahun yang ditahan di Gaza, mengungkapkan harapannya agar Amerika Serikat dapat menekan Israel untuk segera mencapai kesepakatan.
"Kami tahu bahwa hanya dengan bantuan besar dari pemerintah Amerika, kesepakatan ini bisa tercapai," ujarnya.
Baca Juga: Hamas Ungkap ke Turki: Perundingan Gencatan Senjata Mandek, Israel Tak Merespons
Di Gaza, perang yang telah berlangsung hampir setahun ini telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, menghancurkan sebagian besar wilayah, dan memicu bencana kemanusiaan yang mengkhawatirkan.
Berbagai lembaga bantuan kini takut akan kemungkinan munculnya wabah polio di tengah kondisi yang semakin memburuk.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat tengah bekerja sama dengan Israel untuk memastikan vaksin tersedia "dalam beberapa minggu ke depan."
"Ini sangat mendesak, sangat penting," ujarnya.
Blinken dijadwalkan melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan Qatar pada Selasa (20/8/2024) untuk melanjutkan upaya diplomasi.
Kedua negara tersebut, bersama Amerika Serikat, telah menjadi mediator utama dalam pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri konflik ini.
Meskipun ada harapan baru, jalan menuju kesepakatan masih panjang dan penuh tantangan.
Hamas menyatakan bahwa proposal terbaru lebih menguntungkan Israel, dan menuduh Netanyahu berusaha memperpanjang perang dengan menambahkan syarat-syarat baru.
Dalam perkembangan terakhir, proposal yang sedang dipertimbangkan ini mengusulkan proses tiga tahap di mana Hamas akan membebaskan semua sandera sebagai imbalan bagi penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan tahanan Palestina.
Negosiasi akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang, dengan harapan bahwa kesepakatan dapat tercapai sebelum ketegangan meningkat lebih jauh dan memperparah konflik yang telah menelan banyak korban ini.
Baca Juga: Hamas Tolak Syarat Israel untuk Gencatan Senjata gegara Netanyahu Ingin Kuasai Koridor Philadelphi
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press