Ukraina Klaim Kuasai Kota Sudzha di Rusia, Serangan Lintas Batas Memanas
Kompas dunia | 16 Agustus 2024, 07:32 WIB
KIEV, KOMPAS.TV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kamis (15/8/2024), mengeklaim pasukan Ukraina telah berhasil menguasai sepenuhnya kota Sudzha di Rusia.
Sudzha adalah kota Rusia terbesar yang jatuh ke tangan Ukraina sejak mereka melancarkan serangan lintas batas lebih dari seminggu yang lalu.
Sudzha yang berpenduduk sekitar 5.000 jiwa sebelum perang, sebenarnya tidak terlalu besar.
Namun, sebagai pusat administrasi wilayah Kursk, Sudzha memiliki peran strategis.
Di kota ini, terdapat stasiun pengukur aliran gas alam Rusia yang dialirkan melalui pipa di Ukraina menuju Eropa, menyumbang sekitar 3 persen impor gas Eropa.
Hingga saat ini, tidak ada laporan gangguan aliran gas akibat penguasaan kota tersebut oleh Ukraina.
Zelenskyy menyebutkan pihaknya sedang mendirikan kantor komando militer di Sudzha, langkah yang mengindikasikan Ukraina mungkin berencana untuk bertahan lama di wilayah Kursk, atau setidaknya memberikan sinyal tegas kepada Moskow.
Meski tidak dijelaskan lebih terperinci tentang tugas kantor tersebut, Zelenskyy sebelumnya menyebut Ukraina akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan bagi warga Sudzha yang membutuhkan.
Hingga kini, Rusia belum memberikan tanggapan resmi terkait klaim Zelenskyy.
Baca Juga: Rusia Umumkan Darurat Federal di Belgorod usai Serangan Ukraina, Seluruh Warga Kursk Wajib Evakuasi
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia pada hari yang sama menyatakan pasukannya telah memblokir upaya Ukraina untuk merebut beberapa komunitas lainnya.
Serangan lintas batas yang mendadak ini telah menyebabkan kekacauan di Kursk.
Menurut otoritas Rusia, lebih dari 120.000 warga sipil telah dievakuasi. Sementara Kiev mengeklaim telah menangkap setidaknya 100 tentara Rusia.
Meski pasukan cadangan Rusia telah dikerahkan ke Kursk untuk memperlambat pergerakan pasukan Ukraina, pertanyaan besar muncul: apakah serangan ini akan memaksa Moskow menarik pasukan dari garis depan di Ukraina timur, yang telah mengalami kemajuan lambat namun konsisten sepanjang tahun ini, untuk mempertahankan wilayahnya sendiri?
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan Rusia telah menarik beberapa pasukan, termasuk unit infanteri, dari Ukraina dan mengalihkan mereka ke Kursk.
Namun, sumber anonim dari Amerika Serikat menyebutkan belum ada cukup banyak batalion lapis baja atau kekuatan tempur lainnya yang dipindahkan dari garis depan di Ukraina ke Kursk.
Rusia juga diperkirakan perlu mengerahkan lebih banyak pasukan untuk mengadang serangan Ukraina.
Di lapangan, blogger militer Rusia melaporkan kelompok-kelompok mekanis kecil Ukraina terus mencoba menembus pertahanan Rusia.
Baca Juga: Ukraina Duduki Rusia: Buka Kantor Pemerintah di Kursk, Klaim Rebut 1.150 Kilometer Persegi Wilayah
Citra satelit yang dianalisis oleh Associated Press juga menunjukkan kerusakan akibat serangan drone Ukraina pada pangkalan udara Rusia, termasuk dua hangar di Pangkalan Udara Borisoglebsk.
Di Kursk, situasi semakin tegang dengan perintah evakuasi wilayah Glushkovo, sekitar 45 kilometer barat laut Sudzha.
Langkah ini menunjukkan pasukan Ukraina terus maju ke wilayah tersebut.
Tatyana Anikeyeva, seorang pengungsi yang melarikan diri dari Sudzha, menceritakan kepada televisi pemerintah Rusia tentang ketakutannya saat meninggalkan kota.
"Kami berlari keluar dari Sudzha. Kami bersembunyi di semak-semak. Relawan memberi air, makanan, roti kepada orang-orang yang berlalu lalang. Suara dentuman artileri terus-menerus. Rumah-rumah bergetar," ungkapnya.
Sementara di wilayah Belgorod, status darurat ditingkatkan dari tingkat regional menjadi federal, yang menunjukkan otoritas setempat menganggap situasi semakin parah.
Warga yang mengalami dampak kesehatan parah akibat konflik, akan menerima kompensasi hingga 600.000 rubel (sekitar Rp96 juta), dan mereka yang kehilangan harta benda akan mendapatkan hingga 150.000 rubel (sekitar Rp24 juta).
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press