Israel Diduga Pakai Bom AS untuk Bantai 100 Orang di Sekolah Gaza, Washington Dinilai Bersandiwara
Kompas dunia | 11 Agustus 2024, 19:25 WIBGAZA, KOMPAS.TV - Serangan udara Israel yang membunuh lebih dari 100 orang di sekolah Al-Tabin, Kota Gaza, Sabtu (10/8/2024), membuat Amerika Serikat (AS) kembali didesak mengakhiri dukungannya kepada Tel Aviv.
Dukungan Gedung Putih dalam bentuk pengiriman senjata dan perlindungan diplomatik dinilai menjadi bahan bakar aksi brutal Israel di Palestina.
Salah satu bom yang digunakan Israel untuk membantai pengungsi di Al-Tabin pun dilaporkan sebagai bom kiriman AS.
Melalui rekaman kejadian, CNN mengidentifikasi salah satu bom yang digunakan Israel dalam serangan tersebut adalah bom diameter kecil GBU-39 yang diproduksi AS.
Baca Juga: Israel Mengebom Sekolah di Gaza Timur Saat Pengungsi Salat Subuh, 100 Warga Palestina Tewas
"AS dan sekutu-sekutunya mengeklaim gencatan senjata sudah dekat. Namun, yang dilihat masyarakat Palestina adalah lebih banyak kematian, pengungsian, dan keputusasaan. Genosida ini terus berlanjut," kata presiden organisasi Arab American Institute, James Zogby, dikutip Al Jazeera.
"Sudah terlambat untuk menghentikan sandiwara ini. Israel tidak ingin perdamaian atau gencatan senjata. Kenapa kita (AS) masih mengirim senjata ke Israel?"
Presiden AS Joe Biden telah menghadapi tekanan untuk mengakhiri bantuan militer ke Israel selama beberapa bulan belakangan.
Namun, Biden tetap mengirimkan senjata ke Israel dan mengesahkan bantuan tambahan senilai 14 miliar dolar AS pada awal 2024.
Berbagai organisasi pun telah mendokumentasikan penggunaan senjata AS oleh Israel yang melanggar hukum internasional dan "inkonsisten dengan hukum dan kebijakan AS."
Serangan ke sekolah Al-Tabin menuai kecaman internasional karena menghantam masyarakat Palestina yang sedang mengungsi.
Ismail al-Thawabta, kepala Kantor Media Pemerintah di Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera, Israel menggunakan tiga bom seberat masing-masing 2.000 pon atau sekitar 907 kg dalam serangannya.
Israel mengeklaim menargetkan milisi Hamas dan Jihad Islam dalam serangan tersebut. Tanpa menunjukkan bukti, Israel mengaku memiliki informasi intelijen yang mengindikasikan ada 20 pejuang Hamas dan Jihad Islam dalam sekolah tersebut.
Hamas membantah tudingan Israel dan menyebutnya "salah dan tanpa dasar."
"Kami mengonfirmasi bahwa mereka yang terbunuh dalam pembantaian hari ini tidak ada satu pun yang bersenjata, dan mereka semua adalah warga sipil yang ditargetkan saat melaksanakan salat subuh," kata Hamas.
Baca Juga: Palestina Desak ICC Tangkap Menteri Israel yang Serukan Warga Gaza Dibiarkan Mati Kelaparan
Hamas mengatakan korban tewas termasuk anak-anak, pegawai negeri, dosen, dan ulama.
"Pembantaian di wilayah al-Daraj adalah salah satu dari ribuan yang dilakukan pasukan pendudukan di Gaza yang secara sengaja menargetkan warga sipil tak berdaya."
Paramedis dan petugas tanggap bencana menyebut serangan Israel ke sekolah Al-Tabin berdampak mengerikan. Banyak jenazah korban dilaporkan tidak utuh karena serangan Israel.
Jurnalis Al Jazeera di Khan Yunis, Hind Khoudary, melaporkan pengungsi Palestina di Al-Tabin sedang beribadah saat diserang. Sekolah tersebut setidaknya diserang tiga kali.
"Tim pertahanan sipil mengatakan bahwa mereka sudah menemukan 100 jenazah, tetapi kata mereka masih banyak jenazah yang terjebak. Kebanyakan jenazah tidak utuh, mereka tidak bisa mengenali siapa orang-orang Palestina ini (korban)," kata Khoudary.
"Orang-orang yang selamat dari serangan ini mengatakan bahwa ini adalah salah satu hari terburuk yang mereka saksikan sejak perang dimulai di Jalur Gaza."
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Al Jazeera