Brigade Al Qassam Ikrar Setia pada Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas Pengganti Ismail Haniyeh
Kompas dunia | 10 Agustus 2024, 18:37 WIBGAZA CITY, KOMPAS.TV - Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan sumpah dan ikrar setia kepada Yahya Sinwar yang baru saja terpilih sebagai kepala biro politik baru kelompok tersebut, menggantikan Ismail Haniyeh.
"Brigade Al-Qassam bersumpah setia kepada pemimpin Yahya Sinwar dan menegaskan kesiapan penuh mereka untuk melaksanakan semua keputusannya," ujar Abu Ubaida, juru bicara militer Brigade Al-Qassam, dalam sebuah pernyataan seperti laporan Anadolu, Sabtu (10/8/2024).
Brigade Al-Qassam menganggap pemilihan Sinwar sebagai pemimpin Hamas menggantikan Haniyeh sebagai bukti dari ketangguhan dan kekuatan gerakan ini, tambahnya.
Hamas memilih Sinwar, yang berusia 61 tahun pada hari Selasa lalu, menggantikan Haniyeh yang tewas dalam serangan di Teheran, Iran, pada 31 Juli lalu. Serangan itu dituding dilakukan oleh Israel.
Sebelum dipilih untuk memimpin biro politik kelompok perlawanan Palestina ini, Sinwar terpilih sebagai kepala gerakan Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2017 dan kembali terpilih pada tahun 2021.
Israel menganggap Sinwar sebagai arsitek dari operasi serangan lintas perbatasan "Al-Aqsa Flood" pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan kerugian besar baik secara manusia maupun militer bagi Israel dan merusak reputasi layanan intelijen dan keamanan mereka di seluruh dunia.
Baca Juga: AS, Mesir, dan Qatar Desak Israel-Hamas Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata
Israel menyatakan, menghabisi Sinwar adalah salah satu tujuan utama dari perang saat ini di Gaza.
Kekhawatiran semakin meningkat akan kemungkinan pecahnya perang regional berskala penuh setelah pembunuhan Haniyeh, serta pemimpin militer terkemuka Hizbullah, Fuad Shukr, yang tewas dalam serangan udara di Beirut pada 30 Juli.
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak Oktober lalu.
Hampir 40.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 91.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan sejak perang Israel dimulai, sebagian besar wilayah Gaza hancur lebur di tengah blokade yang mencekik pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah di bagian selatan, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina telah mencari perlindungan dari perang sebelum kota tersebut diinvasi pada 6 Mei.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu