> >

Dunia Arkeologi Heboh, Fosil Ungkap Hobbit yang Lebih Kecil Pernah Hidup di Flores

Kompas dunia | 7 Agustus 2024, 16:15 WIB
Foto Yousuke Kaifu ini menunjukkan fragmen tulang lengan yang digali di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Penelitian baru menunjukkan nenek moyang spesies manusia purba yang dijuluki hobbit bahkan lebih pendek. (Sumber: Yousuke Kaifu / AP Photo)

Fosil hobbit asli diperkirakan berasal dari antara 60.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Fosil baru ini ditemukan di Mata Menge, sekitar 72 kilometer dari gua tempat sisa-sisa hobbit pertama kali ditemukan.

Pada tahun 2016, para peneliti menduga kerabat hobbit yang lebih awal mungkin lebih pendek setelah mempelajari tulang rahang dan gigi yang dikumpulkan dari situs baru tersebut.

Analisis lebih lanjut dari fragmen tulang lengan kecil dan gigi menunjukkan nenek moyang hobbit ini lebih pendek 6 sentimeter dan hidup 700.000 tahun yang lalu.

“Analisa menunjukkan dengan meyakinkan bahwa individu-individu ini sangat kecil,” kata Dean Falk, seorang antropolog evolusi di Universitas Negeri Florida yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Para peneliti berdebat tentang bagaimana hobbit, yang diberi nama Homo floresiensis karena ditemukan di Pulau Flores di Indonesia, berevolusi menjadi begitu kecil dan di mana mereka berada dalam cerita evolusi manusia. Mereka dianggap sebagai salah satu spesies manusia purba terakhir yang punah.

Para ilmuwan belum tahu apakah hobbit mengecil dari spesies manusia yang lebih tinggi sebelumnya yang disebut Homo erectus yang hidup di daerah tersebut, atau dari pendahulu manusia yang lebih primitif.

Penelitian lebih lanjut dan fosil tambahan diperlukan untuk menentukan tempat hobbit dalam evolusi manusia, kata Matt Tocheri, seorang antropolog di Universitas Lakehead Kanada.

“Pertanyaan ini masih belum terjawab dan akan terus menjadi fokus penelitian untuk beberapa waktu mendatang,” kata Tocheri, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dalam sebuah surel.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press / Nature Communications Journal


TERBARU