150.000 Warga Israel Terjebak di Luar Negeri akibat Penerbangan ke Tel Aviv Dihentikan
Kompas dunia | 5 Agustus 2024, 17:27 WIB
YERUSALEM, KOMPAS.TV - Sekitar 150.000 warga Israel terjebak di luar negeri setelah penerbangan internasional ke Tel Aviv dihentikan karena ketegangan antara organisasi politik dan paramiliter Lebanon, Hizbullah, dan Israel, seperti dilaporkan stasiun televisi Israel, Channel 12, Minggu (4/8/2024).
Sebelumnya KAN, penyiar publik resmi Israel, melaporkan sekitar 4.000 penumpang yang terjebak di luar negeri telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Israel di Tel Aviv untuk memfasilitasi kepulangan mereka.
Akibat ketegangan Hizbullah dan Israel, 15 maskapai internasional membatalkan penerbangan menuju dan dari Tel Aviv sejak Senin (29/7/2024) lalu.
Beberapa maskapai menghentikan penerbangan hanya untuk beberapa hari, namun ada yang menunda tanpa batas waktu.
Menurut harian Israel, Maariv, penerbangan antara Tel Aviv dan Eilat di selatan Israel, juga dibatalkan sejak Sabtu (3/8/2024) malam hingga Minggu (4/8) karena situasi keamanan yang tidak menentu.
Ketegangan memuncak setelah Israel membunuh komandan militer senior Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan udara di selatan Kota Beirut pada 30 Juli lalu.
Ketua politik Hamas, Ismail Haniyeh, juga dibunuh di Teheran, ibu kota Iran, keesokan harinya dalam serangan yang diduga dilakukan Israel. Hingga kini, Tel Aviv belum mengonfirmasi atau menyangkal tuduhan tersebut.
Hamas dan Iran bersumpah akan membalas kematian Haniyeh, sementara Hizbullah berjanji akan merespons kematian Shukr.
Ketakutan akan perang besar antara Israel dan Hizbullah semakin memuncak di tengah baku tembak lintas perbatasan yang terus terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: 4.000 Warga Israel Terjebak di Luar Negeri akibat Maskapai Batalkan Penerbangan ke Tel Aviv
Maskapai-maskapai dari Amerika Serikat, Eropa, dan Asia menghentikan penerbangan ke Israel dan Lebanon karena alasan keamanan setelah perkembangan terbaru di Timur Tengah.
Potensi serangan balasan dari Iran terhadap Israel meningkatkan risiko keamanan yang mempengaruhi operasi maskapai.
United Airlines yang mengoperasikan 14 penerbangan mingguan antara New York dan Israel, menghentikan penerbangan ke Israel hingga 6 Agustus 2024.
Delta Airlines juga menghentikan penerbangan dari AS ke Israel. Sementara British Airways membatalkan penerbangannya ke negara tersebut pada Rabu (31/7/2024) lalu.
Swiss International Air Lines menghentikan penerbangan antara Zurich dan Tel Aviv setidaknya hingga 8 Agustus karena alasan keselamatan kru dan penumpang.
Penangguhan penerbangan Zurich-Beirut, yang awalnya berakhir pada 29 Juli, diperpanjang hingga 12 Agustus.
Maskapai Jerman, Lufthansa, mengumumkan penghentian penerbangan ke Beirut dan Tel Aviv hingga masing-masing 8 Agustus dan 12 Agustus karena alasan keamanan.
Maskapai tersebut mengatakan akan memantau situasi di lapangan untuk menentukan kapan penerbangan bisa dilanjutkan.
Air India juga membatalkan penerbangan ke Tel Aviv hingga 8 Agustus karena alasan keamanan.
Baca Juga: Pemukim Ilegal Israel Serbu Al-Aqsa dan Lakukan Ibadah Yahudi di Tengah Eskalasi Kekerasan
ITA Airways, maskapai nasional Italia, mengumumkan penerbangan menuju dan dari Tel Aviv ditangguhkan hingga 6 Agustus "karena perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan untuk memastikan keselamatan penumpang dan kru."
Maskapai nasional Polandia, LOT, membatalkan delapan penerbangan ke Lebanon dan Israel yang dijadwalkan pada 3-4 Agustus, menurut kantor berita Polandia, PAP.
Maskapai Belanda, KLM, juga membatalkan semua penerbangannya menuju dan dari Israel hingga 26 Oktober.
Aegean Airlines dan Condor Airlines juga menangguhkan penerbangan dari Athena ke Beirut hingga 1 Agustus karena ketegangan regional.
Singapore Airlines (SIA) mengatakan akan menghindari wilayah udara Iran karena ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Anadolu