> >

PM Malaysia Kecam Pembunuhan Ismail Haniyeh: Saya Kehilangan Sahabat dan Pejuang Berani

Kompas dunia | 31 Juli 2024, 22:26 WIB
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024). (Sumber: Franck Robichon/Associated Press)

PETALING JAYA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024).

Menurut Anwar, ini adalah pembunuhan yang sangat keji dan bertujuan menghentikan pembicaraan damai yang sedang berlangsung di Gaza sejak tahun lalu.

Anwar menyatakan, pembunuhan ini jelas dirancang untuk menghambat upaya menghentikan konflik di Gaza yang telah menelan lebih dari 40.000 korban jiwa.

"Ini adalah pembunuhan yang paling keji, dirancang untuk menggagalkan pembicaraan yang bertujuan mengakhiri pembantaian di Gaza," tulisnya di laman Facebook.

Anwar menegaskan tindakan ini hanya bisa terjadi di lingkungan yang benar-benar bebas dari hukum.

"Hanya orang yang tidak punya hati nurani yang tidak melihat perlunya meningkatkan tekanan pada Israel untuk menghentikan kekejaman mereka," katanya.

Ia juga menyoroti dampak pembunuhan ini terhadap warga Palestina yang telah menderita selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri RI Kecam Pembunuhan Ismail Haniyeh: Merusak Negosiasi Damai

PM Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, bertemu pemimpin utama Hamas, Ismail Haniyeh, di Doha, Qatar. Anwar Ibrahim, hari Rabu, 31 Juli 2024, mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. (Sumber: X @anwaribrahim)

"Saya sangat prihatin dengan bagaimana pembunuhan ini akan memengaruhi saudara-saudara kita di Palestina," tambahnya.

Anwar membalas kritik yang diterimanya karena pernah bertemu dengan Haniyeh, dan menekankan bahwa Haniyeh memiliki keinginan kuat untuk perdamaian di Timur Tengah dan mengembalikan kehormatan bangsa Palestina. "Saya meratapi kehilangan seorang sahabat dan pejuang yang berani. Al-Fatihah," ungkapnya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Straits Times / Bernama


TERBARU