> >

Ismail Haniyeh Terbunuh Serangan Israel di Teheran, Ini Kandidat Penggantinya

Kompas dunia | 1 Agustus 2024, 01:05 WIB
Khalil al-Hayya, pejabat tinggi Hamas kandidat pengganti Ismail Haniyeh yang mewakili kelompok Palestina dalam negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera, berbicara dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, di Istanbul, Turki, pada 24 April 2024. ( (Sumber: AP Photo )

BEIRUT, KOMPAS.TV - Hamas dikenal cepat dalam mengganti pemimpin yang gugur akibat serangan udara Israel.

Pembunuhan Ismail Haniyeh di Iran pada Rabu (31/7/2024) dini hari terjadi saat Hamas sedang berada di bawah tekanan berat sejak perang di Gaza dimulai 10 bulan lalu setelah serangan mereka ke Israel selatan.

"Kami belum membahas ini sekarang," kata seorang pejabat Hamas kepada Associated Press dengan syarat anonim, ketika ditanya tentang proses penggantian Haniyeh.

Haniyeh memimpin biro politik Hamas hingga kematiannya. Wakilnya, Saleh Arouri, yang terbunuh dalam serangan Israel di Beirut pada Januari, seharusnya menjadi pengganti otomatis. Namun, posisi Arouri tetap kosong sejak kematiannya.

Dewan Syuro Hamas, badan konsultatif utama, diperkirakan akan segera bertemu, kemungkinan setelah pemakaman Haniyeh di Qatar, untuk menunjuk pengganti baru. Keanggotaan dewan ini dirahasiakan, namun mewakili cabang-cabang regional Hamas di Gaza, Tepi Barat, diaspora, dan mereka yang dipenjara.

Salah satu wakil Haniyeh adalah Zaher Jabarin, yang dikenal sebagai CEO Hamas karena perannya yang penting dalam mengelola keuangan dan hubungannya dengan Iran.

Hani al-Masri, ahli organisasi Palestina, mengatakan pilihan sekarang kemungkinan antara Khaled Mashaal, pejabat veteran Hamas dan mantan pemimpin, serta Khalil al-Hayya, tokoh kuat dalam Hamas yang dekat dengan Haniyeh.

"Tidak akan mudah," kata al-Masri, yang juga memimpin Pusat Kebijakan dan Penelitian Palestina serta Studi Strategis.

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri RI Kecam Pembunuhan Ismail Haniyeh: Merusak Negosiasi Damai

Pemimpin politik baru Hamas harus memutuskan apakah akan melanjutkan opsi militer dan menjadi kelompok gerilya bawah tanah, atau memilih pemimpin yang dapat menawarkan kompromi politik — opsi yang tidak mungkin pada tahap ini.

Mashaal memiliki pengalaman politik dan diplomatik, tetapi hubungannya dengan Iran, Suriah, dan Hizbullah memburuk karena dukungannya terhadap protes Arab pada tahun 2011.

Ketika dia berada di Lebanon pada tahun 2021, para pemimpin Hizbullah dilaporkan menolak bertemu dengannya. Namun, Mashaal memiliki hubungan baik dengan Turki dan Qatar dan dianggap sebagai sosok yang lebih moderat yang memimpin Hamas hingga 2017.

Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas meneleponnya pada Sabtu untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Haniyeh.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU