Menlu Wang Yi Bicara Keras, Katakan Hubungan China dan Filipina di Persimpangan Jalan
Kompas dunia | 28 Juli 2024, 08:45 WIBBEIJING, KOMPAS TV - Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Sabtu (227/7/2024), menyatakan hubungan antara China dan Filipina saat ini berada di persimpangan jalan, terutama terkait isu Laut China Selatan.
"Hubungan China-Filipina kini berada di persimpangan jalan dan harus memilih ke mana langkah selanjutnya. Tidak ada jalan keluar dari konflik dan konfrontasi selain melalui dialog dan negosiasi," demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China yang diterima di Beijing.
Pernyataan Wang Yi tersebut disampaikan saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri negara-negara ASEAN dan mitra-mitranya pada Jumat (26/7) di Vientiane, Laos.
"Saat ini hubungan China-Filipina menghadapi tantangan serius karena Filipina sering melanggar kesepakatan dan komitmen mereka sendiri, terus melakukan pelanggaran di wilayah perairan, serta memperkuat opini publik tentang hal ini," ungkap Wang Yi.
Menurut Wang Yi, China sangat prihatin dengan situasi ini dan tegas menentangnya.
"Apalagi jika Filipina mengarahkan sistem rudal jarak menengah Amerika Serikat, hal ini akan menciptakan ketegangan dan konfrontasi regional serta memicu perlombaan senjata, yang tidak sejalan dengan kepentingan dan harapan rakyat Filipina," tambah Wang Yi.
Sebelumnya, seorang pejabat militer Filipina menyebut Amerika Serikat (AS) mengerahkan sistem rudal Typhon ke Filipina sebagai bagian dari latihan militer gabungan awal tahun ini, meskipun sistem itu tidak ditembakkan selama latihan.
Baca Juga: Menlu ASEAN Bertemu Menlu AS dan China di Laos saat Laut China Selatan dan Semenanjung Korea Tegang
"China dan Filipina adalah tetangga dekat yang berhadapan langsung di seberang laut. Hubungan bertetangga yang baik, kerja sama yang saling menguntungkan, dan pembangunan bersama merupakan kepentingan mendasar kedua negara," ungkap Wang Yi.
Pengalaman beberapa tahun terakhir telah membuktikan bahwa membangun hubungan baik tidaklah mudah, tapi mudah dihancurkan.
"China baru-baru ini mencapai kesepakatan sementara dengan Filipina soal pasokan kemanusiaan ke wilayah pulau karang Ren'ai Jiao. Filipina harus memenuhi komitmennya dan berhenti mengubah aturan dan ingkar janji, serta berhenti menciptakan masalah yang tidak perlu. Jika tidak, China akan merespons dengan tegas," tambah Wang Yi.
Wang Yi berharap Filipina mempertimbangkan serius arah hubungan China-Filipina ke depannya, bekerja sama dengan China, dan mendorong hubungan bilateral kembali ke jalur yang benar.
Sementara itu, Menlu Filipina Enrique Manalo mengatakan bahwa Filipina dan China memiliki sejarah persahabatan panjang dan hubungan kerja sama strategis yang komprehensif berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan.
"Meski menghadapi masalah maritim, Filipina berkomitmen untuk meredakan situasi melalui dialog dan konsultasi serta menangani perbedaan secara konstruktif," kata Manalo.
Kedua negara baru-baru ini mengadakan pertemuan konsultasi bilateral mengenai masalah Laut China Selatan dan mencapai kesepakatan untuk mengendalikan situasi maritim, mencerminkan niat baik kedua pihak tanpa mengubah posisi masing-masing.
"Tahun depan menandai peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Filipina dan China. Filipina siap memperkuat komunikasi dengan China dengan sikap tulus dan pragmatis, meningkatkan saling percaya, dan mempererat hubungan bilateral," ungkap Manalo.
Baca Juga: Indonesia: ASEAN Tidak Boleh Jadi Proksi atau Kaki Tangan Kekuatan Manapun
Dalam laman Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu kemarin disebutkan bahwa Filipina telah mengirimkan pasokan logistik ke kapal perang BRP Sierra Madre yang sengaja dikaramkan sebagai "markas terapung" bagi penjaga pantai Filipina di kawasan terumbu karang Ren'ai Jiao, atau yang disebut Filipina sebagai "Beting Ayungin".
"Berdasarkan perjanjian sementara yang dicapai China dengan Filipina untuk mengendalikan situasi di kawasan terumbu karang Ren'ai, pagi ini, di bawah pengawasan penuh Penjaga Pantai China, Filipina mengirimkan pasokan kebutuhan sehari-hari. Pengiriman logistik dilakukan setelah memberi tahu China lebih dahulu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Setelah China mengonfirmasi bahwa kargo tersebut hanya berupa pasokan kemanusiaan, penjaga pantai China mengizinkan pengiriman logistik tersebut.
"Posisi China mengenai Terumbu Karang Ren'ai Jiao tidak berubah. China memiliki kedaulatan atas Kepulauan Nansha, termasuk terumbu karang Ren'ai, dan perairan di sekitarnya. Pada saat yang sama, China akan terus menangani masalah teritorial dan sengketa hak maritim dengan Filipina melalui dialog dan konsultasi," kata juru bicara.
Pemerintah China mengklaim memiliki hak kedaulatan dan yurisdiksi atas kepulauan di Laut China Selatan yang dikenal sebagai "Nanhai Zhudao", yang meliputi Kepulauan Pratas, Paracel, Spratly, dan area Tepi Macclesfield.
Baca Juga: Pelaut Filipina Dilaporkan Cedera Parah dalam Insiden Blokade Tiongkok di Laut China Selatan
Namun, sejak 1999, Filipina menempatkan kapal perang BRP Sierra Madre di kawasan terumbu karang Ren'ai Jiao, dan mengirim logistik untuk mengisi perbekalan maupun personel ke markas terapung tersebut, yang sering memicu konflik dengan penjaga pantai China.
Laut China Selatan hingga saat ini masih menjadi titik panas permasalahan di kawasan karena China mengklaim hampir seluruh perairan di Laut China Selatan. Negara-negara ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina juga mengklaim wilayah tersebut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Antara / Xinhua