Kamala Harris Mulai Diserang Isu SARA, Pemimpin Republikan Minta Pendukung dan Kolega Jangan Rasis
Kompas dunia | 24 Juli 2024, 12:43 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mulai diserang isu SARA usai mundurnya Joe Biden dari pencapresan Demokrat pada akhir pekan lalu. Pendukung-pendukung Donald Trump dilaporkan menyerang identias Harris sebagai perempuan non-kulit putih.
Bahkan, komentar-komentar bernuansa SARA juga disuarakan anggota-anggota Kongres dari Partai Republikan. Riwayat Harris berpacaran dengan eks wali kota San Fransisco, Willie Brown juga dibicarakan.
Anggota Kongres dari Wyoming, Harriet Hageman mengolok majunya Kamala Harris dalam pencapresan sebagai "jatah DEI." Politikus Republikan itu menyebut Demokrat mendukung Harris bukan karena kemampuan individu.
Baca Juga: Kamala Harris Siap Calonkan Diri usai Biden Mundur: Saya Akan Satukan Demokrat untuk Kalahkan Trump
DEI, singkatan dari diversity, equity, and inclusion adalah konsep afirmasi terhadap kelompok yang dianggap kurang terwakili atau terdiskriminasi. Dalam konteks AS, istilah ini umumnya merujuk pada perempuan, warga non-kulit putih, dan transgender.
"Secara intelektual, (Kamala Harris) salah satu yang paling bawah. Saya kira dia dipilih karena jatah DEI. Dana saya kira inilah yang sedang kita saksikan dan mereka (Demokrat) tidak punya calon lain," kata Hageman dikutip Associated Press.
Identitas Kamala Harris sebagai keturunan kulit hitam dan Asia Selatan juga dilaporkan diserang pendukung Trump. Penulis pendukung Trump, Charles Gasparinio menyebut Harris "bodoh" dan Demokrat mendukungnya hanya karena afirmasi politik.
Pesohor nasionalis yang mendukung Trump, Lance Wallnau juga menyerang Harris dengan menyebutnya sebagai "jelmaan Jezebel." Jezebel adalah permaisuri Raja Israel yang menyebarkan kesesatan dalam cerita Injil.
Menanggapi serangan-serangan SARA tersebut, petinggi Republikan sekaligus ketua DPR AS, Mike Johnson menyerukan kepada koleganya dan para pendukung Trump agar tidak berlaku rasis dan seksis.
Hal ini disampaikan Mike Johnson usai pertemuan dengan para petinggi Republikan pada Rabu (23/7/2024). Johnson menyerukan kepada pihaknya agar tetap mengkritik Harris karena perannya di pemerintahan Biden.
"Pemilu ini tentang kebijakan, bukan kepribadian. Terkait Kamala Harris, tidak ada yang personal dan etnisitas atau gendernya tidak ada sangkut pautnya dengan ini," kata Johnson.
Kamala Harris sendiri berpeluang menjadi presiden perempuan pertama sepanjang sejarah AS. Wakil Joe Biden ini juga berkesempatan menjadi presiden keturunan Asia Selatan pertama.
Baca Juga: Direktur Secret Service Mundur usai Penembakan Donald Trump
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV