Dokter Relawan Ungkap Bocah Palestina Dibunuh Sniper Israel: Tidak Mungkin Salah Tembak
Kompas dunia | 23 Juli 2024, 10:06 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang dokter relawan asal Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa anak Palestina di Gaza dibunuh oleh penembak runduk Israel. Dokter itu menyebut tidak mungkin tembakan tersebut menyerang anak-anak secara tidak sengaja.
Dokter bedah bernama Mark Perlmutter tersebut menjadi relawan di Gaza selama dua pekan pada April hingga Mei lalu. Menurut keterangannya, bekas tembakan penembak runduk Israel tepat diarahkan ke jantung dan kepala anak-anak.
Baca Juga: Benjamin Netanyahu Berkunjung ke AS, Bakal Bela Kebijakan Perang Brutal Israel di Gaza
"Tidak ada balita yang tertembak dua kali secara tidak sengaja oleh 'penembak runduk terbaik di dunia,'" kata Perlmutter dalam siaran CBS News dikutip Al Jazeera, Senin (22/7/2024).
"Saya mendapati dua anak (yang ditembak) dan saya memiliki foto bekas tembakan yang sempurna di bagian dada. Saya tidak bisa menempelkan stetoskop di atas jantungnya dengan lebih akurat, dan satu lagi di sisi kepalanya."
Dari pengalamannya menjadi relawan di Gaza, Perlmutter menyebut "skala pembunuhan" warga sipil di enklave tersebut melampaui daerah konflik lain yang pernah dikunjunginya. Perlmutter mengaku sudah menjadi dokter relawan selama tiga dekade lebih.
Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 15.000 anak-anak sejak melangsungkan operasi militer pada Oktober 2023 lalu. Jumlah korban serangan Israel pun sudah melebihi 40.000 jiwa.
Pada Senin (22/7), Israel dilaporkan mengebom Khan Yunis beberapa menit usai mengeluarkan perintah evakuasi. Pengeboman ini disebut setidaknya membunuh 70 orang.
Militer Israel juga mengebom sebuah rumah di kamp pengungsian Jabaliya, utara Gaza. Serangan ini menewaskan empat orang yang mengungsi di satu rumah.
Baca Juga: Tanggapi Fatwa Hukum ICJ, Menlu Retno Desak PBB Akhiri Pendudukan Ilegal Israel di Palestina
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Al Jazeera