Iran Bantah Tuduhan Terlibat dalam Upaya Pembunuhan Trump: tapi Kami Tetap Bertekad Tuntut Dia
Kompas dunia | 17 Juli 2024, 18:35 WIBTEHERAN, KOMPAS.TV – Teheran membantah tudingan media-media Amerika Serikat (AS) bahwa Iran berencana membunuh eks Presiden AS Donald Trump.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyatakan bahwa negaranya menolak tuduhan ‘jahat’ bahwa mereka merencanakan serangan terhadap capres Partai Republik itu.
“Iran menolak keras keterlibatan apa pun dalam serangan bersenjata baru-baru ini terhadap Trump atau klaim mengenai niat Iran melakukan tindakan tersebut, mengingat tuduhan tersebut memiliki motif dan tujuan politik yang jahat,” katanya seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (17/7/2024).
Kendati begitu, Kanaani menegaskan bahwa Iran bermaksud mengadili Trump karena telah memerintahkan pembunuhan seorang pejabat militer senior di tahun 2020.
“Iran, bagaimana pun, masih bertekad untuk menuntut Trump atas perannya memerintahkan pembunuhan Komandan Korps Garda Revolusioner Islam (IRGC) Qassem Soleimani di tahun 2020,” tegasnya.
Baca Juga: Serangan Bom dalam Peringatan Kematian Qassem Soleimani Bunuh 95 Orang, Iran Berkabung
Mengutip pejabat anonim AS, CNN melaporkan pada Selasa (16/7) bahwa pihak berwenang AS baru-baru ini mengetahui adanya ancaman Iran terhadap nyawa Trump. Ini memicu Secret Service atau Dinas Rahasia – pasukan pengamanan Presiden AS – untuk meningkatkan pengamanan terhadap Trump.
Namun, pengetatan pengamanan itu ternyata tidak mampu mencegah serangan terhadap Trump dalam kampanye pada Sabtu waktu setempat. Laporan AS menyebut ancaman Iran tidak berkaitan dengan penembakan di Pennsylvania, yang diduga dilakukan oleh seorang penembak remaja 20 tahun.
Pihak berwenang AS telah lama mewaspadai potensi pembalasan Iran atas pembunuhan Soleimani. Saat itu, Teheran bahkan berjanji akan melakukan pembalasan dendam yang kejam.
CNN melaporkan bahwa target-target pembalasan dendam itu bisa termasuk eks Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan eks Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton dan Robert O’Brien.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : Al Jazeera/CNN