> >

Israel Targetkan Tokoh Hamas Pendiri Brigade Al Qassam Mohammed Deif, Ini Sosoknya

Kompas dunia | 15 Juli 2024, 00:30 WIB
Gambar dari video Hamas, 26 Agustus 2005, menunjukkan Mohammed Deif. Serangan Israel di selatan Gaza pada 13 Juli 2024 menewaskan 71 orang dan melukai banyak lainnya. Pejabat Israel menyebut serangan ini menargetkan Deif, kepala militer Hamas dan dalang serangan 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan. (Sumber: AP Photo)

Namanya, Deif, berarti "tamu" dalam bahasa Arab, yang mencerminkan kebiasaannya sering berpindah tempat untuk bersembunyi dari Israel.

Pada bulan Mei, jaksa utama Pengadilan Kriminal Internasional mengumumkan bahwa mereka mencari Deif dan Sinwar serta pemimpin tertinggi Hamas yang diasingkan, Ismail Haniyeh. Jaksa Karim Khan menyatakan bahwa dia juga berupaya menangkap Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

Baca Juga: Lebih 60 Jasad Ditemukan Terkubur Puing Pengeboman Israel di Kota Gaza, AS Kirim Tambahan Amunisi

PM Israel Benjamin Netanyahu pada konferensi pers tanggal 13 Juli 2024. 141 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban tewas keseluruhan mencapai 38.584 orang (Sumber: AP Photo)

Apa Artinya bagi Perang dan Negosiasi?

Pembunuhan Deif akan menjadi pembunuhan pemimpin Hamas dengan profil tertinggi oleh Israel sejak perang dimulai, menandakan kemenangan besar bagi Israel dan pukulan psikologis mendalam bagi kelompok militan tersebut.

Dalam konferensi pers Sabtu malam, Netanyahu mengatakan semua pemimpin Hamas "telah ditandai untuk mati." Dia mengatakan bahwa meningkatkan tekanan pada kelompok dengan membunuh pemimpin mereka akan membuat Hamas lebih dekat untuk menerima kesepakatan gencatan senjata.

Pembunuhan Deif juga bisa membantu mendorong Netanyahu lebih dekat ke kesepakatan. Pemimpin Israel itu mengatakan dia tidak akan mengakhiri perang sampai Israel mencapai tujuan perangnya, termasuk menghancurkan kemampuan militer Hamas.

Namun, pembunuhan Deif juga bisa merusak pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung, yang tampaknya telah membuat kemajuan dalam beberapa minggu terakhir, dan kemungkinan akan memperlebar kesenjangan antara delegasi Hamas dan Israel di Kairo.

"Bagi Israel, ini mungkin memberi mereka narasi kemenangan yang mereka kejar selama sembilan bulan," kata Khaled el-Gindy, seorang analis yang mengkhususkan diri dalam urusan Palestina dengan Institut Timur Tengah yang berbasis di Washington.

Namun, el-Gindy percaya ini akan memperkuat posisi Hamas juga. "Menerima gencatan senjata dalam konteks itu akan tampak seperti menyerah," katanya.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU