Korut Ancam Tingkatkan Kemampuan Nuklir usai AS dan Korsel Sepakati Kerja Sama Pertahanan Baru
Kompas dunia | 13 Juli 2024, 22:50 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Korea Utara (Korut) mengancam akan meningkatkan kemampuan tempur nuklirnya sebagai respons terhadap pedoman pertahanan baru Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).
Pyongyang menilai kesepakatan tersebut menunjukkan niat AS dan Korsel untuk menyerang Korut.
Ancaman itu disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Korea Utara melalui pernyataan yang dimuat di media negara, Sabtu (13/7/2024).
Dilansir Associated Press, pernyataan itu menyebutkan bahwa pedoman pertahanan baru AS-Korsel menunjukkan "niat jahat mereka untuk meningkatkan persiapan perang nuklir melawan" Korea Utara.
Kementerian Pertahanan Korea Utara menyatakan ancaman nuklir yang semakin meningkat dari musuh-musuhnya mengharuskan pihaknya untuk lebih meningkatkan kesiapan deterens nuklirnya dan menambahkan "elemen penting yang tidak ditentukan ke dalam komposisi deterens."
Mereka juga menegaskan, AS dan Korea Selatan akan "membayar harga yang tak terbayangkan" jika gagal menghentikan tindakan provokatif.
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menandatangani pedoman pencegahan nuklir bersama sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan menghadapi arsenal nuklir Korea Utara yang terus berkembang, Kamis (11/7/2024).
Baca Juga: Korea Selatan Kerahkan Senjata Laser Canggih untuk Hadang Drone Korea Utara
Pedoman ini diadopsi setahun setelah kedua negara membentuk badan konsultasi untuk memperkuat upaya berbagi informasi tentang operasi nuklir dan membahas cara mengintegrasikan senjata nuklir AS dengan senjata konvensional Korea Selatan dalam keadaan darurat.
Detail pedoman pertahanan AS-Korsel tersebut belum diungkap ke publik, tetapi para ahli mengatakan pedoman tersebut sebagian besar berkaitan dengan bagaimana kedua negara akan mengintegrasikan senjata nuklir AS dengan senjata konvensional Korea Selatan untuk merespons berbagai potensi kontingensi akibat serangan dan provokasi Korea Utara.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press