> >

Israel Ancam Gunakan Senjata yang Belum Pernah Digunakan Sebelumnya bila Perang dengan Hizbullah

Kompas dunia | 26 Juni 2024, 07:44 WIB
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Menhan AS) Lloyd Austin dan Menhan Israel Yoav Gallant, Kamis (8/2/2024). Israel memberi tahu AS mereka mungkin akan menggunakan senjata yang belum pernah digunakan sebelumnya bila perang besar-besaran dengan Hizbullah di Lebanon, menurut sumber yang dikutip oleh Channel 12, Selasa (25/6/2024). (Sumber: Times of Israel)

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Israel telah memberi tahu Amerika Serikat (AS) bahwa mereka mungkin akan menggunakan senjata yang belum pernah digunakan sebelumnya bila terjadi perang besar-besaran dengan Hizbullah di Lebanon, menurut sumber yang dikutip oleh Channel 12.

"Tel Aviv menyampaikan pesan kepada Gedung Putih tentang niatnya untuk menggunakan sistem senjata baru yang tidak disebutkan guna menghadapi konflik dengan Hizbullah dan menghindari perang berkepanjangan," lapor saluran televisi Israel itu, seperti dilaporkan oleh Anadolu, Selasa (25/6/2024).

Israel memperingatkan, jika Hizbullah tidak segera mundur, Israel tidak punya pilihan lain selain melakukan aksi militer di Lebanon.

Ketegangan memuncak di perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas perbatasan antara Hizbullah dan pasukan Israel. Kelompok tersebut telah mengaitkan penghentian serangannya ke Israel dengan berakhirnya serangan Israel di Gaza, di mana Tel Aviv telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina sejak Oktober tahun lalu.

Pejabat Israel juga dikabarkan menyampaikan kekecewaan atas lambatnya pengiriman senjata dari AS, dan mendesak perlunya persenjataan untuk menghadapi konflik yang sedang berlangsung.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu mengatakan telah terjadi "penurunan dramatis" dalam pasokan senjata ke Israel dalam empat bulan terakhir.

Sebelumnya ia mengkritik situasi tersebut, dengan mengatakan "tidak dapat diterima bagi pemerintahan (AS) untuk menahan senjata dan amunisi Israel selama beberapa bulan terakhir."

Baca Juga: Perang Lawan Israel di Depan Mata, Ini Hitungan Kekuatan Militer dan Politik Hizbullah Menurut Barat

Pejuang Hizbullah pada pemakaman komandan senior Hizbullah Wissam Tawil, Selasa, 9 Januari 2024. Israel memberi tahu Amerika Serikat mereka mungkin akan menggunakan senjata yang belum pernah digunakan sebelumnya bila perang besar-besaran dengan Hizbullah di Lebanon, Selasa (25/6/2024). (Sumber: AP Photo)

AS tetap menjadi sekutu dan pemasok senjata terbesar bagi Israel, namun telah menyuarakan keprihatinannya atas meningkatnya korban sipil di Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant hari Minggu bertolak ke Washington untuk bertemu dengan rekannya dari AS, Lloyd Austin, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan pejabat senior lainnya.

Dalam pertemuan dengan Gallant, Austin sang bos Pentagon memperingatkan tentang ‘bencana’ perang yang lebih luas.

Austin mengatakan solusi diplomatik diperlukan untuk menghindari perang yang mahal antara Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah.

Selama pertemuan dengan Gallant, Austin menuding ketegangan yang meningkat terjadi karena 'provokasi' Hizbullah. Namun, ia mencatat perang penuh akan merugikan semua pihak yang terlibat dan bisa memicu konflik regional.

"Diplomasi adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Jadi kami sangat mencari kesepakatan diplomatik yang mengembalikan ketenangan yang langgeng di perbatasan utara Israel dan memungkinkan warga sipil untuk kembali dengan aman ke rumah mereka di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon," kata Austin kepada wartawan.

Baca Juga: AS dan Israel Ketar-Ketir, Iron Dome Terancam Kewalahan bila Perang Terbuka dengan Hizbullah

Peta konflik Israel-Hamas di Lebanon Selatan. Israel memberi tahu Amerika Serikat mereka mungkin akan menggunakan senjata yang belum pernah digunakan sebelumnya bila perang besar-besaran dengan Hizbullah di Lebanon, Selasa (25/6/2024). (Sumber: UNIFIL)

Hizbullah dan pasukan Israel adu tembak hampir setiap hari sejak dimulainya perang di Gaza, namun serangan yang meningkat selama beberapa minggu terakhir menyebabkan kegelisahan yang meningkat.

Gallant sering menyarankan Israel bisa mengejar perang besar-besaran melawan Hizbullah di Lebanon selatan. Pada Selasa (25/6), Gallant mengatakan ia "bekerja sama erat" dengan Austin untuk menemukan solusi diplomatik, namun mereka juga membahas kesiapan militer "untuk setiap skenario yang mungkin terjadi."

Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas pengungsian ribuan warga Israel dari rumah mereka di dekat perbatasan Lebanon, kelompok yang berhubungan dengan Iran itu telah menyatakan mereka tidak tertarik pada perang yang lebih luas.

Ribuan warga sipil Lebanon mengungsi dari daerah dekat perbatasan dengan Israel, dan lebih dari 80 warga sipil serta non-kombatan telah tewas. Di Israel, 11 warga sipil telah tewas sejak Oktober.

Hizbullah dianggap sebagai salah satu kelompok paramiliter paling canggih dan bersenjata lengkap di dunia, dan konflik yang lebih besar antara kelompok tersebut dengan Israel bisa memiliki dampak yang menghancurkan bagi kedua belah pihak.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden berulang kali mendesak Israel untuk menghindari perang dengan Hizbullah di Lebanon. Namun, baru-baru ini dinyatakan, jika terjadi konflik tersebut, Israel akan menerima dukungan penuh dari AS.

"Perang semacam itu akan menjadi bencana bagi Lebanon dan akan menghancurkan warga sipil yang tidak bersalah di Israel dan Lebanon," kata Austin.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu


TERBARU