> >

Korban Anak di Gaza: 14.000 Tewas, 7.779 Teridentifikasi, 4.000 Terkubur Puing, 21.000 Hilang

Kompas dunia | 25 Juni 2024, 07:02 WIB
Lebih dari 21.000 anak diperkirakan hilang dalam kekacauan perang di Gaza, banyak yang jasadnya masih tertimbun bawah reruntuhan serangan Israel, dihilangkan paksa, terkubur tanpa identias di kuburan massal, atau terpisah dari keluarga mereka, kata Save the Children hari Senin, 24/6/2024. (Sumber: Arab News)

GAZA, KOMPAS.TV – Lebih dari 21.000 anak diperkirakan hilang dalam kekacauan perang di Gaza. Banyak yang jasadnya masih tertimbun bawah reruntuhan serangan Israel, dihilangkan paksa, terkubur tanpa identias di kuburan massal, atau terpisah dari keluarga mereka. Hal ini diungkapkan organisasi non-pemerintah internasional Save the Children, Senin (24/6/2024).

Mengumpulkan dan memverifikasi informasi di Gaza sangat sulit saat ini. Tetapi sekitar 17.000 anak diperkirakan terpisah dan sendirian, sementara sekitar 4.000 jasad anak-anak kemungkinan terjebak di bawah reruntuhan. Sementara jumlah anak yang terkubur di kuburan massal tidak diketahui. Beberapa anak juga diduga hilang paksa, termasuk yang ditahan dan dipindahkan paksa keluar dari Gaza, keberadaannya tidak diketahui oleh keluarga mereka.

Dalam angka anak Palestina yang masih hilang di Gaza tersebut, PBB memperkirakan 10.000 orang terkubur di bawah reruntuhan di Gaza, dan juga memperkirakan 40% dari total angka tersebut adalah anak-anak. 

“Bisa memakan waktu hingga tiga tahun untuk mengambil jenazah menggunakan alat primitif yang mereka miliki,” kata kantor koordinasi bantuan PBB, OCHA, bulan Mei 2024 kemarin. Save the Children memperkirakan, dari angka PBB, sekitar 4.000 anak terkubur di bawah reruntuhan di Gaza.

Menurut angka terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 14.100 anak telah tewas di Gaza sejak 7 Oktober, di mana 7.779 di antaranya telah teridentifikasi.

Ini berarti sementara identitas sekitar 7.797 anak yang tewas dalam konflik telah diketahui, sekitar setengah dari total jumlah anak yang tewas, atau 6.303 jasad anak-anak, belum teridentifikasi.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan proses dokumentasi untuk mengidentifikasi korban secara lengkap masih berlangsung.

Baca Juga: PBB Masukkan Israel ke Daftar Hitam Penyiksa Anak-Anak di Zona Konflik, Setara ISIS dan Al Qaeda

Seorang warga Palestina, Abdul Rahman Sharif, menggendong jasad putranya, Abdul Rahman Muamm (4), yang terbunuh akibat serangan Israel, di Khan Younis, Senin, 26 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

Sementara itu, tim perlindungan anak dari Save the Children memperingatkan perlunya tindakan mendesak untuk melindungi anak-anak yang terpisah dan sendirian. Namun, tindakan ini sangat terhambat oleh situasi keamanan yang semakin memburuk.

Save the Children memperingatkan, identifikasi jenazah oleh keluarga sangat sulit ketika seluruh keluarga musnah dan penutupan jalur masuk ke Gaza oleh Israel membuat peralatan dan ahli yang diperlukan tidak dapat masuk.

Anak-anak juga termasuk di antara mereka yang baru-baru ini ditemukan di kuburan massal, menurut para ahli PBB. Banyak yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi mati, serta ada dugaan terdapat orang-orang yang dikubur hidup-hidup.

Sementara itu, etidaknya 33 anak Israel tewas sejak Oktober, meskipun belum jelas apakah ada anak-anak di antara mereka yang masih disandera di Gaza.

Pada 9 Juni, sekitar 250 anak Palestina dari Tepi Barat hilang dalam sistem penahanan militer Israel, keluarga mereka tidak dapat memastikan keberadaan dan kesejahteraan mereka karena pembatasan tambahan pada kunjungan yang diperkenalkan sejak Oktober.

PBB menerima banyak laporan tentang penahanan massal, perlakuan buruk, dan penghilangan paksa ribuan orang, termasuk anak-anak.

Direktur Regional Save the Children untuk Timur Tengah, Jeremy Stoner, mengatakan, "Seperti yang banyak orang katakan, Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak, dengan ribuan lainnya hilang, nasib mereka tidak diketahui. Harus ada penyelidikan independen dan mereka yang bertanggung jawab harus diadili. Kami sangat membutuhkan gencatan senjata untuk menemukan dan mendukung anak-anak hilang yang selamat, serta mencegah lebih banyak keluarga yang hancur.”

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : UN News / Save the Children / UNOCHA


TERBARU